BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – US Center for Disease Control and Prevention (CDC) dilanda kebingungan selama berminggu-minggu. Namun akhirnya CDC mengumumkan, bahwa mereka sedang dihadapkan dengan sebuha penyakit paru-paru yang membingungkan. Sekitar 100 orang terserang penyakit itu selama musim panas ini.
“Kami sangat bingung,†kata dr. Melodi Pirzada, spesialis paru pediatrik di NYU Winthrop Hospital yang telah menangani dua kasus di New York, seperti dikutip dari nationalgeographic.grid.id
“Masih belum jelas apa penyebab utama di balik masalah ini, tapi ada satu hubungan nyata di antara semuanya: yakni para korban merupakan remaja yang kerap mengonsumsi rokok elektrik atau vape.”
“Kami mencatat, antara 28 Juni dan 15 Agustus 2019, setidaknya ada 94 kasus penyakit paru-paru yang cukup parah di 14 negara bagian. Dari kasus tersebut, 30 di antaranya terjadi di Wisconsin,” ungkapnya.
Mereka mengeluh sulit sekali bernafas. Mereka juga dilanda bersin berkepanjangan. Kemudian kelelahan, nyeri di dada, batuk, dan bermasalah dengan berat badan. Puluhan dari mereka merasa sangat sakit hingga harus dirawat dan beberapa di antaranya bahkan sekarat.
Yang lebih mengkhawatirkan, tidak diketahui berapa lama gejala ini akan berlangsung atau apakah pasien bisa sembuh total. Jika Anda mulai merasakan sakit di dada atau kesulitan bernapas setelah menghirup vape–bahkan ketika gejalanya baru muncul beberapa minggu atau bulan setelahnya–maka Anda harus segera memeriksakan ke dokter.
“Kami sangat prihatin dengan kasus cedera paru-paru terkait vaping yang saat ini banyak terjadi,†kata dr. Emily Chapman, kepala petugas medis di Children’s Minnesota.
“Kasus ini sangat kompleks untuk didiagnosa karena gejalanya dapat meniru infeksi umum. Padahal, itu dapat menyebabkan komplikasi parah dan membutuhkan rawat inap. Pertolongan medis sangat esensial,†tambahnya.
Saat ini, pihak berwenang sedang menyelidiki jenis-jenis produk vape yang mungkin berkaitan dengan penyakit tersebut. Mereka juga secara khusus akan menyelidiki apakah pasien menggunakan cairan vape berbahan nikotin, THC, cannabinoid sintetis, atau kombinasinya.
CDC mencatat bahwa “tidak ada bukti konklusif” yang menunjukkan bahwa penyakit ini menular. Namun, pada awal tahun, ditemukan fakta bahwa beberapa cairan rokok elektrik terkontaminasi dengan jamur dan bakteri.
Studi lain juga menemukan bahwa uap rokok elektrik mengandung timbal, arsenik, kromium, mangan, nikel, dan logam berat lainnya yang berkaitan dengan berbagai masalah kesehatan yang parah.
Efek kesehatan dari vape, terutama dalam jangka panjang, saat ini masih kabur. Meski begitu, beberapa penelitian mulai melemparkan keraguan pada rokok elektrik: bahwa itu belum tentu menjadi alternatif yang lebih aman dibanding rokok tembakau. (bpc3)