BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Saat turun tahta hingga wafat, sultan terakhir Kerajaan Siak, Sultan Syarif Kasim II, tak mempunyai anak keturunan. Istana Siak, Istana Asserayah Hasyimiyah menjadi kosong, dan saat ini hanya menjadi objek wisata di Siak.
Dengan demikian, apakah garis darah raja-raja Siak yang dimulai sejak tahun 1723 hilang?
Ternyata tidak demikian adanya. Sampai saat ini, masih ada sebuah keluarga yang merupakan garis darah raja Siak. Keluarga itu bernama Long Poetih, yang saat ini berdomisili di Singapura.
Dari catatan kerajaan Siak pada Juli 1971, ada 3 anggota keluarga Longpoetih yang saat itu masih hidup. Mereka adalah Tengkoe Zawyah Dalay Sonita Longpoetih, Tengkoe Donald Tewfik Longpoetih, dan Tengkoe Jean Hashim Longpoetih.
Catatan yang ada di Istana Siak ini menunjukkan keluarga Longpoetih berasal dari Tengkoe Long Poetih, anak kedua Sultan Syarif Kasim I dan merupakan adik dari Sultan Syarif Kasim II.
Raja Kecik, sejak mendirikan kerajaan itu, memimpin hingga tahun 1746. Dia punya putra bungsu bernama Tengku Buang Asmara. Anaknya ini diberi gelar Sultan Muhammad Abdul Djalil Syah. Dia menggantikan Raja Kecik memimpin Kerajaan Siak sejak 1746 sampai 1765.
Tampuk kekuasaan terus berganti kepada anak-anak mereka, hingga lahirlah Tengku Ngah Sayed Hasim. Inilah Sultan Sjarif Hasyiem. Dia memimpin Kerajaan Siak sejak 1889 hingga 1908. Dia punya dua putra, pertama Tengku Putra Sayed Kasim (dikenal dengan Sultan Syarif Kasim II), dan Tengkoe Long Poetih.
Tengku Putra Sayed Kasim diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya karena punya jenjang pendidikan tinggi. Diriwayatkan, dia bahkan sekolah hingga ke Eropa. Sedangkan adiknya, Tengkoe Long Poetih, diberi kekuasaan untuk memerintah Singapura. (Waktu itu daerah kekuasaan Siak Sri Indrapura hingga Singapura).
Hingga kini, garis keturunan Tengkoe Long Poetih, masih ada di Singapura. Dalam kurun waktu sekali dua tahun mereka datang ke Siak untuk berziarah ke makam keluarganya. Ini dibenarkan oleh juru rawat makam Sultan Syarif Kasim II, Adi Zainal Arifin.
“Iya, sakali 2 tahun atau sekali 3 tahun mereka datang, berkunjung ke Istana dan juga makam sultan. Sebab, bagaimanapun juga, mereka adalah garis darah Raja Siak,” terang Adi. (bpc2)