BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Suasana outdoor Fresqa Bristo di Batiqa Hotel siang itu sangat nyaman. Sumargo, sang General Manager, bercerita tentang perjalanan hidupnya, betapa ia mulai dari titik terendah untuk mencapai sebuah kesuksesan.Â
Lahir di Makassar, 29 Agustus 42 tahun yang lalu, ia merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara. Sumargo kecil menjalani kehidupan sekolah dasarnya di Makassar. Kemudian, ia pindah untuk melanjutkan pendidikan di Jakarta.
Di ibukota, si anak bungsu menghabiskan pendidikan SMP dan SMA-nya. Kemudian, ia kuliah di Akademi Pariwisata Sahid, Jakarta. Tidak cukup di situ, ia kemudian kembali kuliah mengambil Ekonomi di Sekolah Tinggi Ekonomi Jakarta.
Tahun 1996 merupakan tahun pertama Sumargo muda berkarir di dunia hotel dan restoran. Bukan posisi tinggi, pada awalnya ternyata ia hanya seorang tukang cuci piring. Ya, seorang tukang cuci piring atau bahasa kerennya steward. Jika melihat siapa dirinya sekarang, tentu akan sangat sulit membayangkan bahwa Sumargo dahulu hanyalah seorang tukang cuci piring.
“Saya tahulah, orang tua saya bukan orang kaya,” kenangnya.
Namun Sumargo muda bukanlah seorang yang pantang menyerah. Ia tahu, orang tuanya bukanlah orang kaya, karena itu ia terus belajar dan berusaha dengan tangannya sendiri.
Sumargo muda berkat kegigihannya mampu menapaki karir secara perlahan. Dimulai dari Steward, ia kemudian menjadi seorang waiters. Dari situ, karirnya terus menanjak menjadi Supervisor dan terus naik hingga akhirnya dirinya menempati posisi sebagai seorang HRM (Human Resources Management), walau tidak semuanya di bidang perhotelan.
Sumargo ternyata cukup lama menjadi seorang HRM. Dikatakannya, ia menjadi seorang HRM sejak tahun 2005 hingga tahun 2013. Pada tahun 2013, Sumargo kembali ke dunia perhotelan, dan akhirnya menjadi seorang pimpinan hotel, yakni seorang General Manager (GM) Batiqa Hotel.
“Alhamdulillah, akhirnya saya dipercaya sebagai pimpinan di Batiqa Hotel,” ujarnya penuh rasa syukur.
Karena berkarir dari bawah, Sumargo sangat mengerti seperti apa pekerjaan timnya. Ia mengerti memperlakukan tim, bagaimana seorang pemimpin harus mempunyai personal touch, dapat memahami dan berempati dengan perasaan dan pekerjaan timnya. Karena itu, semua pihak akan merasa dirinya bagian penting di dalam tim.
“Saya mulai dari nol, saya tahu capeknya sebagai seorang steward, capeknya mencuci piring, capeknya dimarahi orang. Karena itu, saya jadi belajar dan paham perasaan dan pekerjaan mereka, jadi tidak tahunya menyuruh ini itu saja,” tambahnya.
Sumargo sangat suka untuk mengembangkan kemampuan timnya. Menurutnya, kesuksesan seorang pemimpin adalah ketika ia berhasil mengembangkan kemampuan timnya agar menjadi lebih baik.
“Tidak hanya kerja dan kerja, tapi tim saya harus didevelop agar semakin berkembang, baik itu dengan pelatihan, training, dan pengarahan. Tidak selamanya seorang steward akan tetap menjadi steward. Suatu saat, mereka akan menjadi seorang pemimpin,” lanjutnya dengan semangat.
“Kesuksesan seorang pemimpin menurut saya adalah ketika ia mampu mengembangkan kemampuan timnya,” pungkasnya.
Saat ini, ayah dua anak ini fokus dalam membahagiakan keluarganya. Meski jauh, karena sang istri dan anak berada di Depok, ia selalu menyediakan waktu untuk keluarganya. (cr1)