BERTUAHPOS.COM, JAKARTA – Rupiah terdepresiasi selama sepekan terakhir. Di pasar spot, Jumat (27/6), pasangan USD/IDR bertengger di level 11.995, atau naik 0,18% dibanding akhir pekan lalu. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan rupiah melemah 1,56% terhadap dollar AS ke Rp 12.103.
Researcher and Analyst PT Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra mengatakan, pelemahan rupiah sepekan terakhir seolah dibiarkan. Pasalnya, pemerintah menilai pelemahan rupiah bagus untuk meningkatkan ekspor. Nantinya, peningkatan ekspor diharapkan bisa menambal defisit neraca berjalan.
Apalagi, kata Putu, tidak ada katalis dalam negeri yang dapat membantu penguatan rupiah. “Data-data fundamental dalam negeri pada awal Juni kurang positif, ditambah ketidakpastian politik menjelang pilpres kian menggerogoti kinerja rupiah,†jelasnya.
Bahkan, menurutnya, data dari eksternal tak banyak membantu rupiah. Dollar masih relatif kokoh. Padahal, Amerika Serikat merilis data ekonomi yang meleset dari harapan. Klaim pengangguran mingguan dilaporkan sebanyak 312.000 orang. Ini lebih tinggi dari ekspektasi, yakni 310.000 orang.
Reny Eka Putri, analis pasar uang PT Bank Mandiri Tbk menuturkan, depresiasi rupiah disebabkan kebutuhan dollar AS di dalam negeri meningkat pada akhir bulan untuk kewajiban membayar utang jatuh tempo. Hal ini menghadang laju rupiah.
Ke depan, Reny menduga, rupiah akan sedikit menguat karena defisit neraca transaksi berjalan bulan Mei 2014 diperkirakan tidak sebesar bulan sebelumnya. Namun, pelaku pasar cenderung wait and see hingga rilis data ekonomi Indonesia pada 1 Juli 2014. “Dari faktor eksternal, rupiah juga akan diuntungkan lantaran meredanya konflik di Irak,†ujar Reny.
Pekan depan, Reny menduga, pasangan USD/IDR bakal bergerak dalam kisaran 11.800-12.100. Sementara, Putu menduga, pairing USD/IDR bergerak di level 11.850-12.100. “Rupiah bisa terapresiasi pasca pilpres, sebab pelaku pasar sudah mengetahui presiden terpilih,” ujarnya.(Kontan)