BERTUAHPOS.COM, JAKARTA Anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pekan ini hingga sempat menyentuh ke level Rp 12.900 per dolar AS terus menguras perhatian para pelaku pasar. Pengamat ekonomi Berly Martawardaya mengatakan, pelemahan rupiah saat ini sama seperti orang yang sedang meriang.
“Kalau temporary, diberikan madu atau obat masuk angin bisa sembuh, tapi kalau gaya hidup tidak diubah, pasti nanti sakit lagi. Begitu juga dengan rupiah, yang bisa anjlok kapan saja kalau fundamentalnya tidak diperbaiki, ” papar Berly dalam diskusi terbuka di Jakarta, Sabtu (20/12/2014).
Dia menjelaskan, pemerintah Indonesia cenderung puas dengan obat sementara dalam mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah. Padahal menurutnya masalah besar seperti defisit transaksi berjalan dan rendahnya pengawasan lalu lintas devisa yang memicu pelemahan rupiah di Tanah Air masih belum terselesaikan.
Selain itu, ketimpangan volume impor dan ekspor nasional juga belum berhasil diselesaikan pemerintah.
“Dua tahun terakhir ini, transaksi negatif karena kebanyakan impor. Data menunjukkan, 35 persen impor Indonesia adalah mesin-mesin, sementara 45 persen ekspor kita itu bahan nabati, karet, kayu, jadi hanya barang-barang mentah, ya tidak imbang,” jelasnya.
Dia melanjutkan, postur industri Indonesia terus menurun yang juga menjadi pekerjaan pemerintah dalam jangka panjang. Data juga menunjukkan, ketika sektor industri menurun maka yang meningkat adalah sektor jasa.
“Padahal sektor jasa tidak tinggi value added-nya. Menguatkan kembali sektor industri dengan memudahkan proses pengaliran insentif yang selama ini memang disediakan pemerintah seperti tax allowance dan tax holiday,” pungkasnya. (Sis/Gdn/lIPUTAN6)