Harga minyak jatuh karena peningkatan produksi di Amerika dan di tempat-tempat lain, dan penurunan permintaan yang disebabkan masalah ekonomi yang berlarut-larut di Eropa dan di negara-negara berkembang.
“Pada nilai nominal, sepertinya ini bencana bagi sejumlah negara pengekspor,†kata Pierre Noel, pengamat isu-isu energi dari kantornya di Singapura, Institut Internasional untuk Studi Strategis.
Melalui Skype, ia mengatakan, “Negara-negara itu ketika menghadapi penurunan signifikan harga minyak, mereka melakukan kombinasi dua hal. Mereka memangkas pengeluaran pemerintah pada satu sisi, dan meningkatkan defisit anggaran, pada sisi lain.â€
Dan mereka juga berupaya mengurangi tekanan ekonomi dengan meyakinkan negara lain agar mengakhiri sanksi terhadap mereka. Itu berlaku bagi Rusia dalam sengketa dengan negara-negara Barat atas pencaplokan Crimea dan keterlibatan di Ukraina timur, seperti dikatakan Alastair McCaig dari perusahaan investasi IG di London.
“Ini menambah tekanan terhadap situasi yang kini mereka rasakan, artinya mereka mungkin merasa perlu bertindak, mungkin perlu meredakan situasi terkait embargo,†kata McCaig.
Demikian pula, penurunan harga minyak dunia merugikan Iran yang selama ini menghadapi kesulitan ekonomi yang signifikan akibat sanksi global terkait program nuklirnya. Tapi Alastair McCaig mengatakan pemimpin Iran mungkin tidak perlu terlalu khawatir.
“Tentunya ada tekanan, tapi itu adalah tekanan yang mungkin bersifat jangka pendek. Jika ada tanda-tanda kepulihan ekonomi di zona euro, kepulihan di AS terus berlanjut, demikian pula di Inggris, kita mungkin melihat sisi permintaan mulai meningkat, karenanya negara seperti Iran mampu bertahan dalam situasi ini dengan sedikit lebih mudah,†tambah McCaig.
Tetapi itu akan butuh waktu. Sementara itu, Iran dan Rusia harus menyeimbangkan gabungan tekanan sanksi dan harga minyak yang rendah dengan sasaran-sasaran kebijakan luar negeri mereka.(Voa)
Â