BERTUAHPOS.COM, Jakarta -Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Dolar AS bahkan menembus posisi tertingginya dalam 4,5 tahun terakhir. Bagaimana respons Bank Indonesia (BI).
Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia Mirza Adityaswara menjelaskan nilai kurs saat ini justru menguntungkan para eksportir.
“Dari sisi nilai tukar memang sudah melemah. Di level Rp 11.500 masih cocok situasi saat ini. Di level sekarang para eksportir sudah bisa mulai menjual hasil ekspornya,” jelasnya.
Kondisi rupiah saat ini juga membantu mengurangi defisit neraca perdagangan. Menurutnya impor justru bakal berkurang dengan melemahnya kurs rupiah ini.
“Kurs saat ini sudah cukup baik. Address mengenai defisit current account, eksportir sudah boleh menjual,” sebutnya.
Namun melemahnya kurs rupiah bisa membuat berkurangnya cadangan devisa Indonesia untuk intervensi pasar. Selain itu dunia usaha atau swasta yang memiliki utang jatuh tempo dalam bentuk dolar akan terkena dampak negatifnya.
Dari situs resmi BI, utang jatuh tempo Indonesia dari Oktober hingga Desember 2013 adalah US$ 21 miliar. Dari total utang tersebut, beban pokok sebesar US$ 19 miliar dan beban bunga US$ 1,2 miliar. Sementara utang luar negeri swasta mencapai US$ 18,8 miliar.
“Dari sisi pembayaran utang yang jatuh tempo cukup besar,” sebutnya
Mirza menjelaskan kondisi rupiah lambat laun bakal membaik. Seiring langkah pemerintah melakukan perbaikan fundamental ekonomi.
“Kita pernah alami kurs Rp 13.000, akhirnya membaik karena fundamental membaik. Jepang melemah kursnya sampai akhir tahun tapi dia tenang-tenang,” tegasnya.
(feb/ang/detik.com)