BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Kue bika atau singgang adalah penganan tradisional berbahan dasar tepung beras dicampur kelapa parut dan gula.
Kue ini dibuat dengan cara menyendokkan adonannya di atas sehelai daun Waru lalu dimasak dalam wajan tanah liat yang dikepung bara api. Api yang digunakan untuk memasak memakai sabut kelapa dan kayu manis.
Lantas, kenapa kue bika selalu dibuat dengan menggunakan daun waru?
Marianti, seorang penjual jajanan Kue Bika talago—salah satu cemilan khas ranah Minang, menjelaskan Bika Talago mungkin masih asing ditelinga masyarakat Pekanbaru, karena memang makanan ini asalnya dari Padang Panjang, Sumatera Barat.
Nama Bika Talago ini berasal dari nama daerah yang namanya Talago makanya dinamakan Bika Talago. “Kue Bika ini dibuat dari bahan-bahan seperti tepung beras, kelapa, garam dan gula. Yang unik dari kue ini sendiri yaitu dialaskan dari daun waru,” katanya.
Marianti menjelaskan, kue bika memang selalu dibuat dengan menggunakan daun waru. Konon sejarahnya, kata dia, di zaman dahulu kala orang tua menggunakan daun waru dalam pembuatan bika supaya ada rasa dan wangi yang khas dari Bika tersebut.
“Yang istimewa dari cara memasak Bika Talago ini yaitu dengan cara di oven menggunakan oven seperti mengeluarkan bara api, kata orang seperti bara api neraka. Untuk mengoven Bika ini tidak butuh waktu lama, cukup 5 menit saja kue Bika ini sudah bisa dinikmati,” ujarnya.
Dalam satu hari pembuatan Bika Talago ini menghabiskan 10 bungkus tepung beras atau sekitar 5 kilo. Untuk kelapa bisa menghabiskan 35 biji. Marianti biasanya mulai menjajakan jajanan bika ini sejak pagi hingga menjelang sore. Harganya cuma Rp2.000 per buah.
Untuk cetakan pembuatan Bika Talago ini menggunakan kaleng susu, dan dialaskan daun waru.
“Omzet kita tidak menentu, kadang sampai sejuta per hari, itu paling sedikit. Kadang banyak juga orang yang memesan catering untuk acara perpisahan, acara kenduri, dan acara lainnya,” tuturnya.***[Rifqi]