BERTUAHPOS.COMÂ (BPC), PEKANBARU – Sejarah sawit di Indonesia punya perjalanan panjang. Awalnya, tak satupun menyangka kalau tumbuhan ini memberi banyak penghidupan kepada masyarakat. Komoditi penyumbang devisa terbesar bagi negara ini, punya perjalanan berliku dan rumit.Â
Dalam sebuah riset yang dikeluarkan oleh Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institut (PASPI), tentang Industri Minyak Sawit Indonesia Berkelanjutan, mengisahkan perjalanan sawit di Tanah Air. Tanaman ini dulunya dikenal pertama kali setelah Dr DT Price, membawa 4 benih kelapa sawit untuk dijadikan sebagai tumbuh koleksi di Kebun Raya Bogor tajun 1848.tapiÂ
Dari 4 benih sawit itu, 2 benih Bourbon-Mauritius dan 2 benih lagi dari Amsterdam. 4 benih kelapa sawit di Kebun Raya Bogor inilah pohon induk kelapa sawit di Indonesia. Pada awalnya, penanaman kelapa sawit hanyalah sebagai tanaman hias-ornamental purpose-kemudian disebarkan di Pulau Jawa dan Sumatera, khususnya di perkebunan tembakau Deli (Courtenay, 1965 dalam Saragih, 1980).
Kini, di Pulau Sumatera khususnya, luasan kebun sawit tidak terhingga. Menurut Direktur Eksekutif PASPI Tungkot Sipayung, bahwa perkebunan sejak lama diakui memiliki multifungsi dalam ekosistem. “Fungsi yang dimaksud, yakni fungsi ekonomi, sosial, dan fungsi ekologis. Dengan multifungsi tersebut pembangunan perkebunan pada hakikatnya merupakan bagian penting dari asas pembangunan berkelanjutan,” ujarnya.Â
Dalam beberapa dekade terakhir ini, isu soal kebun sawit berkelanjutan disorot. Sebagian besar sorotan itu erat kaitannya dengan kepentingan bisnis minyak nabati global. Maka menurut Tungkot Sipayung, isu seperti ini perlu ditangkis dengan kajian empiris dan menghimpun hasil penelitian terkait.Â
Jika dikembalikan dengan sejarah sawit, ini sebuab anugerah. Sawit ternyata tidak memilih hidup sebagai tanaman hias semata di Kebun Raya Bogor, tapi jauh dari itu. Tanaman ini sudah memberikan banyak penghidupan bagi masyarakat. Di Indonesia, sawit jauh lebih produktif jika dibandingkan daerah asalnya di Eropa. (bpc3)