BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Komoditi cabai memang tidak pernah absen dalam memberi andil terhadap inflasi-deflasi di Riau. Deflasi Riau pada September 2019 cukup mengejutkan sebab beberapa tahun terakhir pola deflasi tidak pernah terjadi menjelang akhir tahun seperti ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) Riau mencatat, pada bulan September 2019 Provinsi Riau mengalami deflasi sebesar 0,32% (mtm) atau 4,02% (yoy), menurun dibandingkan bulan Agustus 2019 yang tercatat inflasi sebesar 0,22% (mtm) atau 4,08% (yoy).
Deflasi pada bulan September 2019 tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi selama 3 tahun terakhir, yang biasanya pada bulan ini (September) Riau mengalami inflasi.
Jika pada bulan-bulan sebelumnya cabai berkontribusi besar terhadap andil inflasi, pada September 2019 komoditi ini juga jadi “biang kerok” deflasi. Meskipun ada komodisi lain yang juga ikut andil. Oleh sebab itu, pasokan cabai perlu mendapat perhatian serius dari banyak pihak.
“Dalam catatan kita memang sumbangan deflasi masih bersumber dari kelompok bahan makanan terutama cabai merah. Pasokannya meningkat seiring jelang masuk musim panen terutama untuk derah-derah sentra produksi,” kata Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Perwakilan Riau Teguh Setiadi di Pekanbaru.
Fenomena cabai yang selalu terlibat dalam inflasi-deflasi tidak lain karena kegemaran masyarat Riau mengkonsumsi cabai segar. Bahkan mereka cenderung mampu membedakan jenis cabai yang cocok selera.
“Setelah diteliti mengapa ya, cabai ini tidak bisa diganti dengan cabai kemasan, ternyata taste orang Riau enggak cocok dengan kemasan, tetap mencari cabai segar apalagi cabai bukit [Bukittinggi],” kata Kepala Tim Pengembangan Ekonomi BI Riau Iskandar.
Dia menambahkan andil cabai terhadap inflasi di Riau sangat besar. Jika harga cabai naik maka angka inflasi di Riau hampir dipastikan juga akan tinggi. Sebaliknya, jika harga cabai turun maka Riau mengalami deflasi.
Fluktuasi harga ini, disebabkan Riau bergantung pada suplai cabai merah dari daerah lain seperti dari Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Jawa. Akibatnya bila suplai tersendat harganya akan naik, namun bila suplai melimpah harganya akan terus turun. (bpc3)