BERTUAHPOS.COM,Jakarta -Direktur Utama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tak jauh dari gaji yang ‘selangit’ dan fasilitas yang ‘wah’. Tetapi tidak semudah itu menjadi seorang bos di BUMN. Fasilitas dan gaji tersebut diikuti oleh tekanan yang menghampiri dari mana saja.
Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (persero), Ismed Hasan Putro salah satunya yang menuturkan mengenai tekanan tersebut. Selama menjadi direksi tekanan yang kerap dihadapi datang dari pihak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Tekanan ini seperti kampanye negatif atau aksi demonstrasi. Meski tekanan ini datang dari aktivitas LSM, namun hal ini relatif bisa diselesaikan. Untuk tekanan ke-2 yakni datang dari kalangan politik baik dari partai politik maupun anggota parlemen.
“Kalau tekanan politik tidak terlalu risau karena saya lama menjadi aktivitis dan saya akrab dengan rekan-rekan politisi. Meski saya pernah diusir waktu di DPR,” kata Ismed kepada detikFinance Selasa (10/12/2013).
Tekanan lain dihadapi Chief Executive Officer (CEO) di BUMN adalah aksi penegak hukum. Hal ini yang dialami oleh Direktur Utama PT PLN (Persero) Nur Pamudji. Kondisi tersebut, menurut Ismed disiasati oleh RNI dengan menggandeng Kejaksaan Agung serta BPK dan BPKP untuk mendorong dan mengawasi transformasi proses bisnis.
“Kalau hukum juga. Kita menjalin kerjasama dengan kejaksaan dan menggandeng BPKP dan BPK untuk mengawasi proses bisnis secara real time,” jelasnya.
Namun tekanan-tekanan yang dialami Direksi BUMN, diakui Ismed merupakan pembuktian daya tahan dan kemampuan CEO BUMN dalam memimpin perusahaan pelat merah.
“Tekanan pasti dalam konteks CEO pasti selalu datang untuk diuji daya tahan dalam melaksanakan amanah yang kita terima. Kalau kuat kita nggak menyerah,” sebutnya.
(feb/dru/detik.com)