BERTUAHPOS.COM, JAKARTA – Sudah jadi rahasia umum aktivitas penerbangan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta ‘super’ sibuk saat pagi hari. Penyebabnya karena menumpuknya aktivitas penerbangan untuk yang menuju maupun dari Bandara Soekarno Hatta.
Â
Direktur Utama PT Angkasa Pura (AP I) Tommy Soetomo menjelaskan para maskapai di dalam negeri berlomba-lomba terbang meninggalkan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten pada pagi hari. Sementara itu bandara di luar Soekarno-Hatta juga disibukan dengan aktivitas penerbangan yang menuju Bandara Soekarno-Hatta pada waktu yang sama.Â
Â
“Seluruh maskapai berlomba-lomba sepagi mungkin masuk ke Jakarta. Itu dari seluruh Indonesia. Terbang dari Balikpapan, Surabaya dan lain-lain. Berlomba-lomba sepagi mungkin masuk ke Jakarta. Makanya lihat Soekarno Hatta dari jam 5 sampai jam 8 (pagi). Itu kayak apa,†ucap Tommy Soetomo saat berbincang dengan detikFinance di Kantor Pusat AP I, Kemayoran Jakarta seperti dikutip Senin (28/10/2013).
Â
Menurutnya kondisi ini sulit dihindari karena maskapai ingin melayani penumpang pada waktu jam sibuk. Pada saat jam sibuk, kondisi bandara besar pun terlihat kurang rapi.
Â
“Itu prime time. Maskapai nggak bisa dikalahkan. Wong ada kebutuhan bisnisnya seperti itu,†jelasnya.
Â
Namun kondisi berbeda terjadi di bandara daerah atau bandara tujuan wisata. Umumnya jam penerbangan penumpang bisa dinamis sehingga tidak menumpuk saat pagi atau sore hari.
Â
“Kalau untuk bandara tourist destination itu relatif longgar. Kalau di Bali nggak bisa jam 5 ya udah nanti jam 8. Karena ini santai tapi kalau untuk urusan bisnis nggak bisa,” katanya.
Â
Diakuinya untuk mengurai kepadatan penumpang pada bandara besar di Indonesia. Pihaknya siap memperpanjang operasional bandara hingga larut malam. Namun kondisi ini harus didasari pada permintaan maskapai.
Â
“Pasti kaitannya dengan bandara lain dan airlines. Kalau kita 24 jam siap tapi misalnya di timur belum 24 jam sudah beda 1-2 jam. Jadi di sini jam 9 malam disana sudah jam 11 malam kalau di Biak. Kalau di sini telat 30 menit, saya rugi dong untuk bayar listrik. Kita siap 24 jam kalau volumenya ada. Itu sangat tergantung dengan demand,†tegasnya.
Â
Solusi lain yang bisa dan mungkin diambil adalah mengajak maskapai menggunakan jenis pesawat berbadan besar. Namun solusi ini membutuhkan
dukungan banyak pihak dan peningkatan infrastruktur bandara.
Â
“Memang nggak semudah itu. Pesawat besar kan biasannya untuk long houl atau long distance. Yang Indonesia memang kebanyakan narrow body atau
pesawat berbadan kecil. Memang secara nature kapasitas runway-nya terbatas,†katanya.(detik.com)