BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Setelah varian delta menjadi penyebab gelombang kedua dalam penyebaran Covid-19 Riau, ahli epidemiologi mengingatkan agar Riau selalu waspada terhadap penyebaran Covid-19 varian MU.
“Meski saat ini tren penambahan kasus Covid-19 harian terus menurun, tapi kita sangat perlu mewaspadai penyebaran Covid-19 varian MU,” kata Ahli Epidemiologi Riau dr Wildan Asfan Hasibuan.
Dia menduga, corona varian itu akan menjadi penyebab utama dalam penyebaran corona gelombang III. Namun prediksi adanya lonjakan kasus Covid-19 pada gelombang ke III tersebut bisa saja terjadi jika varian baru Covid-19 yakni virus MU masuk ke Indonesia dan Riau.
Sebab virus varian baru ini dikenal lebih cepat menular dan lebih mematikan. Agar tidak terulang kembali, Wildan menyarankan agar arang asing yang masuk ke Riau dilakukan pemeriksaan yang ketat dan wajib menjalani karantina.
Meski saat ini bandara SSK II Pekanbaru belum membuka penerbangan internasional, namun provinsi tetangga, seperti Batam sudah membuka penerbangan internasional. Sehingga potensi orang asing masuk ke Riau berpeluang terjadi.
“Imigrasi harus melakukan pengetatan orang asing yang masuk ke Riau. Mereka harus menjalani pemeriksaan dan harus dikarantina, ” katanya.
Namun persoalan lain yang menjadi tantangan di Riau adalah banyaknya pelabuhan-pelabuhan tikus yang berbatasan dengan negara tetangga. Pelabuhan pelabuhan kecil ini juga bisa menjadi pintu masuk orang asing ke Riau.
“Kita tidak tau orang asing yang masuk melalui pelabuhan kecil ini seperti apa, karena disana kan jelas tidak ada pemeriksaan kesehatannya, itu yang kita takutkan,” ujarnya.
Wildan menjelaskan, ancaman gelombang III tersebut bukan hanya sekedar prediksi saja. Sebab saat ini sejumlah negara di Asean sudah mengalaminya. “Seperti Singapura itu kan naik lagi, lebih 1000 kasus per hari, Filipina, Thailand juga kan sekarang naik,” katanya.
Sebagai antisipasi, selain memperketat orang asing masuk ke Riau, masyarakat juga tetap harus patuh terhadap protokol kesehatan. “Kemudian vaksinasi juga harus digesa, karena sekarang kan masih jauh dari target, 70% 80% itu. Kalau persediaan vaksin kita ada itu bisa dikejar,” katanya. (bpc2)