Bangkit untuk menggapai keberhasilan itu sebuah pilihan dengan segala konsekuensi tak ringan. Apoek telah menentukan pilihan itu tanpa ragu dengan satu keyakinan, bahwa namanya akan selalu ada dalam setiap sujud sang Ibu.
BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Di sebuah ruangan berukuran sekitar 2×3 meter, duduk tiga orang pria. Dua diantaranya berperawakan sedang. Herianto dan Bayu. Sedang seorang lagi bertubuh gempal. Namanya Surya.
Bayu sibuk membalas chatting seorang teman yang sudah lama tak ada kabar. Heri fokus pada tayangan video tutorial di youtube. Sedangkan Surya, dengan handsfree di telinga tampak serius dengan game online yang ia mainkan.
Di luar ruangan itu, tersusun beberapa meja kayu dan kursi plastik merah yang juga dihuni beberapa orang. Mereka juga tampak sibuk dengan aktivitas masing-masing. Ngobrol, bercanda, berdiskusi, menelpon.
Di bagian tengah, terdapat sebuah bartender sederhana terbuat dari kayu. Di balik bartender itu, seorang pria berperawakan jangkung, mengenakan kemeja koko krim, tengah sibuk menyiapkan pesanan dari setiap pelanggan.
“Beginilah suasana kalau siang hari. Semuanya lagi sibuk. Tapi keep calm aja, Bang. Udah biasa,” kata pria itu sambil tersenyum saat menyambut kedatangan Bertuahpos.com, pada Jumat siang, 29 Oktober 2021.
Nama pria itu Apoek. Dia adalah pemilik Apoek Coffee. Usaha warung kopi yang terletak di Jalan Mangga, kawasan Sukajadi, Pekanbaru ini dia rintis dengan modal nekat, mengingat di tengah pandemi Covid-19 ada banyak usaha kecil gulung tikar, namun, Apoek malah berpikiran sebaliknya.
Belajar dari Pengalaman Berharga
Tahun 2018, Apoek diajak join untuk mengelola sebuah usaha kedai kopi sederhana dengan konsep rumahan, yang lokasinya juga terletak di kawan sama. Kedua investornya sepakat mempercayakan kepada Apoek untuk mengelola usaha tersebut. Walau hanya digaji gaji Rp2 juta/bulan, Apoek memberanikan diri untuk mengambil tanggung jawab itu. Setiap bulan dia bekerja keras. kejar target supaya dapat bonus sebagai tambahan penghasilan.
Setahun pertama pelanggan Apoek meningkat pesat. Warung kopi itu banyak gandrungi pelanggan yang didominasi oleh karyawan swasta dan pegawai negeri. Bahkan Apoek menyediakan satu meja khusus di bagian teras untuk para lowyer yang sudah menjadi pelanggan tetap di warung kopi itu.
Masih di tahun yang sama, sejumlah karyawan lapangan perusahaan leasing juga booking satu room di kedai kopi itu sebagai markas tongkrongan mereka. Sedangkan meja-meja lainnya, rata-rata diisi oleh pelanggan lain yang kebanyakan dari mereka adalah karyawan perusahaan swasta.
“Bisa dibilang, waktu itu tengah naik daun. Pelanggan semakin banyak yang nyaman nongkrong di sini, karena memang lokasinya sangat dekat dengan pusat kota,” kata Apoek bercerita.
Masuk awal tahun 2019, kedua pemilik modalnya terlibat dalam pertikaian pribadi hingga merembet pada usaha kedai kopi yang dikelola. Awalnya Apoek menganggap itu hal biasa, dan terus berlapang dada menghadapi ego masing-masing bosnya. Namun, semakin hari, masalahnya semakin ruwet.
Apoek ketika itu dilema. Di satu sisi, seorang pemilik modal meminta Apoek mengubah konsep usaha dari warung kopi rumahan menjadi cafe. Tujuannya agar omzet lebih besar.
Namun pemilik modal lainnya memintanya untuk mengembangkan usaha yang sama tapi di lokasi yang berbeda. Padahal, pada kesepakatan awal, untuk urusan manajemen dan konsep dia diberi kewenangan penuh.
“Tapi, di tengah jalan berubah. Ya, biasalah. Ada banyak faktor penyebabnya. Saya bilang ke bos. Kalau konsepnya diubah, saya mundur. Karena pelanggan juga akan menyesuaikan lagi, kan,” tuturnya.
Seiring berjalannya waktu, dia berhasil meyakinkan kedua bosnya, terutama untuk mempertahankan konsep usaha warung kopi, dengan maksud agar pelanggan tak lari. Sembari itu, Apoek juga mengikuti keinginan bosnya, turut membantu kelola usaha yang sama di tempat yang berbeda. Lokasinya berada di Jalan Jendral Sudirman.
Siang hari, dia berjibaku di warung kopi di Jalan Mangga, sedangkan pada sore ke malam, dia berpindah untuk mengelola warung kopi di Jalan Jendral Sudirman. Hal ini dia lakoni kurang lebih setahun lamanya. Sepanjang 2019.
Tanpa dia sadari, masalah pribadi kedua bosnya kian rumit. “Waktu itu, kalau nggak salah di awal tahun 2020, sekitar awal Maret. Saya diajak duduk bareng oleh salah satu bos. Di situ dia cerita kalau selama ini dia nggak cocok sama bos yang satu lagi. Intinya masalah pribadi lah,” tuturnya.
“Sekitar seminggu setelah itu. Bos yang satu lagi juga ngajak bicara. Curhat lah, tentang masalah pribadinya, termasuk konflik di antara mereka. Jadi posisinya saya juga bingung.”
Masalah mendera tak hanya sampai di situ. Pada 3 Maret 2021, Riau mencatat kasus pertama terkonfirmasi Covid-19. Semakin hari, jumlah orang terpapar corona di Bumi Lancang Kuning ini kian bertambah. Hingga pemerintah memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Saat kebijakan itu diberlakukan, Pekanbaru tak ubahnya seperti kota mati. Kantor-kantor pemerintah dan swasta mempekerjakan karyawannya dari rumah. Hal ini juga berdampak terhadap warung kopi yang dikelola Apoek. Omzet menurun drastis.
“Persis sejak Maret itu target penjualan selalu tidak tercapai. Ya, cuma dapat gaji aja lah. Nggak ada bonus,” ujar pria kelahiran Bukittinggi ini.
Meski demikian, dia tak patah arang. Setelah berdiskusi dengan pemilik modal, Apoek memutuskan untuk tetap buka, walau jumlah pelanggan jauh berkurang, dan jarak duduk diatur sesuai protokol kesehatan. Kondisi seperti ini berjalan selama setahun penuh.
Sekitar Februari 2021, sebuah panggilan telepon masuk ke ponsel Apoek. Panggilan itu dari nomor pemilik rumah yang memberi kabar kurang sedap. Suara dari balik telepon itu mengingatkan, bahwa sewa rumah yang mereka pakai untuk usaha warung kopi itu sudah jatuh tempo pada Maret.
Sang pemilik rumah tidak ingin Apoek memperpanjang sewa, tapi meminta agar mereka mengosongkan rumah tersebut lantaran akan dipakai untuk keperluan keluarga yang punya.
“Makin kaget lah. Saya ajak bos bicara. Satu-satunya cara, ya harus segera cari tempat baru. Bos cuma bilang, ‘…iya, nanti dicari kan’. Ternyata sampai habis batas waktu yang diberi, tempat baru tak kunjung ada. Saya minta waktu seminggu kepada bos untuk berpikir.”
Bangkit di Tengah Pandemi
Selama Ramadhan lalu, kedai kopi ini tutup. Apoek pulang kampung. Minta wejangan dan nasehat kepada orang tua dan saudara. Beruntung, dukungan dari keluarga mengalahkan rasa keputusasaannya. Sekian lama berpikir keras di kampung halaman, Apoek dapat ide, “Bagaimana kalau saya buka warung kopi sendiri. Dengan konsep yang sama, tapi saya sendiri yang mengelola.”
Gagasan itu kembali dia diskusikan bersama ibu dan saudaranya di kampung, mengingat, untuk buka warung kopi baru tentu membutuhkan modal yang tidak sedikit. Menutup diskusi keluarga itu, ibunya berkata, “Nama Apoek selalu ada dalam sujud ibu.” Ini lah kalimat yang begitu membekas, sekaligus menjadi bekal untuknya bangkit kembali.
Sekira dua minggu setelah Idul Fitri, Apoek Coffee secara resmi dibuka. Dengan segenap kemampuan dan jaringan yang dia miliki, Apoek bukan lagi seorang karyawan, tapi sebagai owner yang mempekerjakan sebanyak empat karyawan.
“Jadi kan konsep awal sudah ada. Sambil jalan barulah dikembangkan terus. Jadi modal utama usaha ini bukan uang, tapi ibu yang selalu mendoakan saya dalam setiap salatnya,” ucap Apoek sumringah.
Dia juga menyadari bahwa perjalanan panjang yang dihadapinya selama ini telah membentuk mentalnya sebagai seorang entrepreneurship. Apoek juga percaya, usaha tidak akan pernah menghianati hasil. Bekerja keras sebuah keharusan dan akan selalu terbuka jalan baru bagi orang-orang yang mau berpikir maju.
“Saya selalu menjaga hubungan baik dengan pelanggan. Jadi mereka di sini bukan hanya sekedar duduk nongkrong dan ngopi, tapi juga saling bertukar pendapat dan cerita. Dari sini juga saya banyak dapat kenalan untuk menunjang usaha ini,” tutu Apoek.
Asa Bangkit Bersama Gojek
Hanya tinggal menunggu waktu, Apoek Coffee sudah bisa dipesan melalui aplikasi Gojek. Memilih Gojek sebagai minta, bagi Apoek bukan sebatas untuk meningkatkan omzet semata. Melainkan ada banyak fitur-fitur digital di platform ini yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan usaha.
Hal ini juga berdasarkan pengalaman Apoek saat mengelola warung kopi milik bosnya dulu. “Kalau di tempat lama sampai 20% pesanan dari Gojek berkontribusi mengangkat omzet,” tuturnya.
Bagi Apoek, para pelaku usaha kecil sudah saatnya melek digital. Dia juga mengakui banyak belajar dari pengalaman-pengalaman orang biasa, dengan semangat juang tinggi untuk tetap bangkit, meski dihadapkan dalam keterpurukan.
“Sejauh ini, kita sudah pakai GoJek juga, seperti layanan GoMart, GoSend, GoMed dan GoTagihan. Tapi sebentar lagi kita Apoek Coffee pasti akan hadir di GoFood,” tuturnya.
Apoek biasa menggunakan GoMart untuk keperluan harian, terutama saat pelanggan tengah ramai, sedangkan ada kebutuhan yang habis. “Jadi nggak perlu keluar, Bang,” jelasnya.
Dia juga membuka layanan pesan antar. Sejauh ini masih via seluler. Pelanggan yang sudah biasa nongkrong di sini, juga sering memesan menu dan diantar dengan GoSend. “Termasuk untuk bayar tagihan, saya pakai GoTagihan,” tuturnya.
Perjalanan panjang yang di lalu Apoek dalam membangun usaha seperti menempatkan dirinya dalam lingkaran orang-orang terpilih untuk meraih keberhasilan. Dia juga punya rencana besar untuk Apoek Coffee ke depan dengan memanfaatkan fitur-fitur yang tersedia di Gojek.
“Konflik, masalah, lalu dihantam pandemi, semuanya jatuh. Tapi dengan Apoek Coffee saja membuktikan bahwa saya punya pilihan untuk bangkit. Gojek bagi saya salah satu cara untuk menggapai tujuan itu. Doakan saja, semoga semuanya berjalan sesuai rencana. Amin,” kata harap Apoek.
GoFood dan Ragam Fitur Layanan
Vice President Strategic Regional Head Gojek Sumatera Erika Agustine mengatakan fitur layanan GoFood di Gojek telah menyediakan lebih dari 34 juta ragam makanan dan minuman dari ratusan ribu mitra usaha di seluruh Indonesia.
“GoFood terus mendorong inovasi dalam memberikan kemudahan untuk pengguna melalui beragam fitur,” terangnya.
Adapun beberapa jenis layanan yang tersedia di GoFood, diantaranya GoFood PickUp (layanan ambil sendiri makanan). Layanan ini sudah tersedia di Jabodetabek, Surabaya, Bandung, Malang dan Jakarta, dan akan terus dihadirkan di kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Layanan lainnya yang tersedia di GoFood yakni layanan fitur ganti lokasi. Erika menyebut, fitur ini sangat memudahkan pelanggan untuk memesan makanan dari lokasi berbeda. Kemudian ada fitur dapur bersama dengan konsep seperti foodcourt, di mana dalam satu lokasi ada beragam marchen makanan dan bisa dipesan secara langsung atau sekali order.
Layanan ini juga nyambung dengan fitur selanjutnya yakni pilihan order sekaligus. Misalnya pesan makan siang sekaligus makanan penutup juga bisa langsung dilakukan dengan layanan ini. “Jadi bisa pesan sekaligus, nggak perlu satu-satu,” tambahnya.
Fitur lainnya, sambung Erika, yakni marchen super partner, yang merupakan fitur kategori siap masak, serta fitur pilihan alat makan berbayar dalam rangka memberikan sustainability agar tidak memberikan dampak buruk terhadap lingkungan. “Dari Gofood juga ada promo reguler, dan fitur-fitur layanan menarik lainnya,” ucap Erika.
Proteksi Ekstra Covid-19
Hal paling penting di tengah pandemi, GoFood menghadirkan inisiatif yang memperkuat keamanan dalam bentuk proteksi ekstra melalui imbauan kepada mitra usaha. Ini merupakan bentuk kesadaran Gojek dalam menghadirkan keamanan melalui kerjasama dengan mitra usaha.
Proteksi ekstra tersebut dilakukan dengan selalu mengimbau dan mengedukasi mitra usaha untuk memberikan keamanan yang optimal sesuai dengan arahan BPOM, termasuk penerapan protokol kesehatan yang ketat, termasuk mengurangi kontak fisik antara konsumen dengan mitranya di tengah situasi pandemi Covid-19..
Selain itu, pihak Gojek melihat ada banyak para konsumen menggunakan layanan GoFood untuk aksi sosial, salah satunya aksi pengiriman makanan untuk para tenaga medis. “Di sinilah gofood turun memberikan dampak positif di tengah pandemi,” ucap Erika Agustine.
Langkah lainnya yang dilakukan untuk mendukung usaha lokal agar usaha tetap tumbuh dan berjalan, yakni dengan memberikan kampanye lokal Gojek dalam bentuk promo terutama di layanan Go Food. Dalam kampanye ini, GoFood mengedepankan kuliner lokal dengan memberikan promo gratis ongkir dan promo menarik lainnya.
Erika menyebut selama pandemi melanda Gojek dihadapkan dalam situasi unik. Di satu sisi penggunaan jasa GoCar dan GoRide jelas mengalami penurunan, terutama saat PSBB dan PPKM dilakukan. Namun di sisi lain, saat orang-orang banyak menghabiskan waktu mereka di rumah, kebutuhan konsumen terhadap layanan GoFood mengalami peningkatan yang luar biasa.
“Dengan kondisi seperti itu memang ada dampak penurunan terhadap GoRide dan GoCar, namun GoFood dan GoSend mengalami peningkatan yang sangat pesat. Karena memang fitur ini mampu melayani kebutuhan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, strategi promosi yang diterapkan sejauh ini berhasil memberikan peningkatan pemesanan konsumen hingga tiga kali lipat, dan dilakukan secara reguler. Dengan demikian, Erika menyebut, bahwa Gojek sangat optimis platform layanan digital akan mampu mengajak para minta dan masyarakat untuk bangkit bersama di tengah pandemi.
Kehadiran Gojek tidak lain untuk memberikan solusi terhadap masalah logistik dan transportasi masyarakat. “Jadi tidak cuma pandemi saja, setelah pandemi selesai dampak kesulitan masyarakat juga masih ada. Untuk menjawab masalah itu lah mengapa Gojek hadir,” sebutnya.
Semangat Gotong Royong untuk Bangkit Bersama di Tengah Pandemi Covid-19
Di tengah situasi yang serba sulit akibat pandemi Covid-19, Gojek Indonesia mengajak semua pihak untuk tetap optimis menghadapi segala kesulitan ini dengan bangkit bersama. Salah satunya dengan tetap produktif agar ekonomi cepat pulih.
“Di sini juga ada semangat gotong royong dari seluruh ekosistem Gojek yang kita angkat,” kata Head Region Corporate Affairs Gojek Arum Kurniasih Prasodjo dalam webinar yang digelar Gojek dan AMSI pada Oktober 2021 lalu.
Dia menambahkan, selama pandemi ini pastinya kehidupan masyarakat terlepas dari teknologi dan digital. Keterbatasan mobilitas masyarakat membuat orang lebih banyak melakukan aktivitas berbasis teknologi digital.
Penggunaan teknologi digital dalam lingkaran ekosistem Gojek telah berhasil menciptakan lapangan pekerjaan, khususnya bagi mereka yang bergelut di sektor informal. Baik mitra driver maupun mitra UMKM, seperti GoFood.
“Bahkan yang tidak masuk secara langsung dalam ekosistem Gojek, misalnya UMKM yang memanfaatkan sosial media sebagai sarana berjualan, juga memanfaatkan Gojek sebagai penunjang usaha mereka,” sambungnya.
Arum menyadari, kehadiran Gojek hingga kini tidak lepas dari dukungan banyak pihak, terutama para konsumen yang telah mempercayakan Gojek dalam mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi. Oleh sebab itu, Gojek senantiasa mengajak dan terus memberikan semangat kepada masyarakat luas agar bangkit bersama untuk tujuan pemulihan ekonomi nasional.
“Sejak awal kami sadar bahwa kebutuhan dari ekosistem kami ini harus tetap ditingkatkan keamanannya. Untuk itu kami juga tetap melakukan kerjasama dengan pemerintah dalam hal percepatan pencapaian herd immunity,” ucap Arum. (bpc/melba)