BERTUAHPOS.COM (BPC) PEKANBARU – Pemerintah Kabupaten Kampar seolah dianggap tidak peka dan tidak peduli terhadap ribuan masyarakat yang menjadi korban bencana banjir bandang di wilayah Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, menjelang akhir tahun lalu.
Kepala Dinas Sosial Provinsi Riau Syarifuuddin meminta Pemerintah Kabupaten Kampar untuk bergerak dulu, untuk menangani masalah itu, barulah Pemerintah Provinsi Riau akan menyalurkan bantuan logistik.
“Masa langsung ke Pemprov yang tangani masalah ini. Makanya kami minta Pemkabnya dulu yang gerak. Minimal untuk membersikan masalah akses jalan yang terputus ke empat desa itu,” katanya diselah kunjungannya ke kantor gubernur.
Syarifuddin, hari ini, Kamis (14/01/2015), sengaja dipanggil Plt Gubernur Riau ke ruangannya untuk membahas masalah itu. Dia menyebutkan masalah besar yang menjadi kendala memang akses jalan masuk menurun ke desa itu memang sulit.
Setidaknya, kata dia, Badan Penanggunangan Bencana Daerah (BPBD) di wilayah itu turun alat berat untuk membuka akse jalan, agar bantuan logistik bisa disalurkan.
“Saya sudah telpon kepala desanya, dia bilang ketersediaan sembako di tempat mereka memang sudah menipis. Kalau untuk ketersediaan logistik kita masih bisa tangani,” sambungnya.
Dia menambahkan, saat ini stok ketersedian besar di Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Riau tersimpan sebanyak 250 ton, sedangkan di Dinson ada sekitar 18 ton. Beras ini, bisa disalurkan ke tempat desa yang mengalami bencana banjir bandang itu untuk tambahan logistik. ( baca: Banjir Bandang Kampar, Pemkabnya Terkesan Tidak Peduli)
Informasi terakhir yang dia terima, bahwa pihak BPBD Riau sudah melakukan koordinasi dengan Dinas PU Provinsi Riau, untuk menurunkan alat berat, agar akses jalan menuju ke desa itu bisa di buka.
Sementara itu, jikalau dipaksakan juga untuk menyalurkan bantuan, maka satu-satunya akses jalan yang bisa dilewati melalui jalur dari Sumatra Barat. Wilayah yang mengalami bencana banjir bandang pada november 2015 lalu adalah, Desa Lubuk Bigau, Pangkalan Kapas, Tanjung Permai dan Kebun Tinggi. Total keseluruhan penduduk di desa tersebut sebanyak 3.000 orang.
Untuk sementara ini, ketersediaan sembako masyarakat memang menipis. Sementara akses jalan menuju ke wilayah itu terputus. Akibat bencana itu, mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar adalah petani karet juga lumpuh. (Melba)