BERTUAHPOS.COM (BPC), SIAK – Urusan tugas negara, kemampuan Syamsuar dan Alfedri tak diragukan lagi. Hampir semua lini yang dikerjakan oleh Bupati dan Wakil Bupati Siak ini selalu mendapat reward. Tak kurang dari 140 penghargaan didapat dalam kurun waktu empat tahun belakangan. Ada yang dari pemerintah provinsi dan banyak pula dari Pemerintah Pusat.
Â
Tapi urusan tugas akhirat, keduanya masih gamang. Sebab sebagai pemimpin yang beragama islam, ada sederet persoalan pada masyarakat melayu islam, khususnya di Siak, yang musti mereka runut, biar on the track lagi.
Â
Setidaknya, mendekati apa yang pernah terjadi pada masa silam. Pada masa para Sultan memimpin Siak. Pada masa aqidah menjadi rambu keseharian. Pada masa suluh mengantar tetua dan yang muda menjejali langgar.
Â
Pada masa prosedur dan ketetapan (protap) akad pernikahan menjadi ritual yang sakral dan pada masa ghatib beghanyut, khatam Quran, berzanji menjadi kebutuhan rutin. “Dulu orang tua sangat malu apabila anaknya tidak khatam Quran saat akan menikah. Ini semua menjadi beban moral kami di masa sekarang,†Syamsuar mulai buka-bukaan jelang meresmikan masjid Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah di kawasan jalan Padat Karya Kampung Benteng Hilir Kecamatan Mempura, jelang siang tadi. Dia didapuk berdiri di podium yang disiapkan panitia.
Â
Masjid Sultan Ismail berkapasitas 800 orang itu adalah masjid besar kedua yang diresmikan oleh Syamsuar sepekan belakangan. Masjid Sultan Ismail yang berornamen benteng itu seluas 1015 meter persegi. Berdiri di atas lahan hasil wakaf masyarakat setempat, seluas 5.200 meter persegi.
Â
Empat kubah bertengger di bagian atas. Di sisi depan, kanan, kiri dan tengah. Qubah terakhir menjadi qubah yang paling besar. Berdiameter sekitar 8 meter. Bangunan tempat wudhu di sisi kiri masjid menjadi pelengkap.
Â
Sehari sebelumnya Syamsuar meresmikan masjid Abdul Djalil Rachmad Syah di Kecamatan Lubuk Dalam. Sama seperti di masjid Sultan Ismail itu, Syamsuar juga menumpahkan unek-uneknya soal keadaan melayu islam sekarang.
Â
Keadaan yang tak hanya terjadi di Siak, tapi juga di zajirah melayu yang ada di Riau. Banyak orang risau lantaran sudah kehilangan melayu islam di daerahnya. “Makanya sekarang, satu-satunya yang diharapkan adalah Siak. Siak bisa menjadi daerah melayu islam. Harapan ini jugalah yang membikin kami keukeuh melakukan banyak hal demi tegaknya syariah,†ujar Syamsuar. Â
Â
Bahwa pembangunan masjid di semua kecamatan dan bahkan di kampung kata lelaki 61 tahun ini adalah bagian dari pengembalian kegemilangan melayu islam di masa lalu. Sebab di masjid, banyak ilmu yang bisa dikorek. Banyak obat mujarab yang bisa didapat. “Sejak lama masjid sudah menyodorkan manajemen keuangan yang transparan. Tiap minggu, bahkan tiap hari selalu ada laporan keuangan,” katanya.
Â
Masjid juga menjadi tempat yang ampuh untuk menghadirkan ketenangan jiwa, mempererat silaturrahim. “Kalau jiwa sudah tenang dan silaturrahim berjalan, ini sudah jadi modal besar bagi kita untuk membangun negeri ini,†Syamsuar meyakinkan. (ari)