BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Provinsi Riau lebih dikenal sebagai daerah sentra perkebunan khususnya komoditi sawit serta karet. Selain itu sebagian besar Pendapatan Asli Daerah (PAD) disokong Dana Bagi Hasil (DBH) sektor minyak dan gas (Migas).
Namun untuk kebutuhan pangan seperti beras hingga sayur serta buah-buahan Riau berjuluk negeri lancang kuning ini bergantung dengan Provinsi tetangga seperti Sumatera Barat (Sumbar) serta Sumatera Utara (Sumut). Dari catatan Badan Urusan Logistik (Bulog) Divre Riau dan Kepulauan Riau (Kepri) untuk beras wilayah Riau baru bisa memenuhi 1 persen dari total kebutuhan beras tiap tahun.
“Sehingga sangat rentan dengan fluktuasi harga. Demikian juga dengan sembako lain, seperti sayur mayur, daging, dan sebagainya. Terutama Pekanbaru yang sangat konsumtif,” ujar Kepala Bidang Operasional Bulog Riau Kepri, Tommy Despalingga kepada kru bertuahpos.com.
Selain itu dengan ramainya pasar tradisional, Tommy mengatakan sulit untuk bisa melakukan pengawasan terhadap harga-harga sembako di Pekanbaru. “Kalau yang saya perhatikan khususnya beras, ada banyak titik bongkar di Pekanbaru. Sehingga pengawasan jadi tidak mudah,” sebutnya, Sabtu (09/01/2015).
Belum lagi tren kenaikan harga yang kerap terjadi jelang perayaan hari-hari besar. Pekanbaru hanya bisa pasrah melihat mekanisme pasar berlaku, suplai sedikit maka harga langsung melejit. Kendati ada kecurigaan terjadi spekulan atau penimbunan barang sembako, namun karena titik bongkar tersebar sehingga membuat pengawasan tidak mudah.
Untuk itu Tommy menyarankan agar Riau, terutama Pekanbaru sebagai Ibu Kota Provinsi memiliki pasar induk. Sehingga seluruh sembako yang datang masuk satu pintu, membuat pengawasan lebih mudah. “Seperti pasar induk di Kramat Jati Jakarta pengawasan hanya difokuskan ke sana. Kalau memang terjadi gejolak harga, bisa langsung monitoring ke pasar induk,” katanya.
Tommy mengatakan pihaknya hanya sebagai operator dibidang pangan khususnya beras. Jadi untuk pembangunan Pasar Induk merupakan ranah pemerintah daerah sendiri. “Tergantung Pemdanya, mau atau tidak. Memang tidak bisa dalam waktu singkat, tetapi penilaian saya Pasar Induk sangat dibutuhkan,” katanya.
Untuk cadangan beras bulog Riau dan Kepri untuk tahun 2016 masih aman. Setidaknya sekitar 25 ribu ton beras yang tersedia di gudang-gudang bulog. “Dan kita akan datangkan lagi dari Vietnam dan Tahilamd 11 ribu ton. Jadi stok aman hingga enam bilan ke depan,” kata Tommy. (Riki)