BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU -Performance seni tari kembali akan menghiasi Anjung Seni Idrus Tintin, Pekanbaru. Melalui tubuh-tubuh kreatif dari Syahriel Alek Dance Community (SADC), pertunjukan tersebut akan digelar selama dua hari, yakni Jum’at (3/4/2015) dan Sabtu (4/4/2015) pukul 20.00 WIB.‬
SADC merupakan sebuah kelompok tari asal Padangpanjang, Sumatera Barat pimpinan Syahriel Alek. Dalam dunia tari, Syahriel Alek dikenal sebagai koreografer yang cukup diperhitungkan di kancah nasional dan internasional. Seniman yang juga seorang dosen di Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang tersebut selalu menawarkan gerak dalam tari yang memiliki konsep dan pemikiran yang jelas.
“Latar belakang dari penari SADC adalah mahasiswa-mahasiswa di ISI Padangpanjang S1 dan S2 yang berangkat dari nol yang memiliki semangat yang tinggi di dunia seni tari. Namun, dirinya belum memiliki kemampuan dibandingkan yang lain. Jadi kami sepakat berproses dalam seminggu itu ada tiga latihan mulai dari jam delapan malam sampai jam sebelas. Orientasinya adalah pembentukan tubuh. Kami melakukannya secara mengalir terus menerus,†ungkap Syahriel Alek di sela persiapannya di Anjung Seni Idrus Tintin, Kamis (2/4/2015).
Dalam karya tari nanti, ia akan menyuguhkan enam garapan tari yang terbagi menjadi dua malam. Di malam pertama yakni, Jum’at (3/4/2015) adapun judul tari yang akan dipergelarkan adalah, Bumi Rakena, Siklus Magis dan Bulan Terlambat Pulang.
Semantara di malam kedua, yakni Sabtu (4/4/2015) adalah Demi Cinta, Itiak Patah dan Demokrasi.
“Dalam seni ini, kami tidak berbicara tentang Minangkabau saja. Kami juga berusaha melestarikan budaya kita di Indonesia ini. Dan gagasan-gagasan dan rangsangan dari sebuah karya itu selalu berpijak dari sebuah isu atau fenomena yang terjadi saat ini,†ungkap Syahriel.
Untuk Riau, Syahriel mengakui juga membuat suatu pandangan. Melalui Bulan Terlambat Pulang, Syahriel akan memberikan pandangannya tentang zapin Riau. Sebagai daerah tetangga yang memiliki kultur agraris, Syahriel mengakui akan menginterpretasikan zapin tradisi Riau.
“Kami dari daerah agraris, yakni Minangkabau juga mencoba memandang zapin itu. Bagaimana budaya agraris melihat zapin. Di Bulan Terlambat Pulang Inilah kira-kira hasil interpretasi kami. Bahwasannya semoga teman-teman terpanggil, kami orang Melayu Minangkabau ikut melestarikan budaya Melayu di Riau ini. Karena kita adalah satu,†tambah Syahriel pula. (rls/nova)