BERTUAHPOS.COM, JAKARTA – Sejarah mencatat, banyak remaja memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Kejeniusan mereka membuat para remaja ini diakui para pakar kelas dunia. Â
The Best School, Selasa (7/10/2014), melansir daftar 50 remaja jenius dari berbagai negara. Ini adalah tulisan pertama yang mengulas profil para remaja jenius dalam bidang matematika.
Â
1. Jacob Barnett
Â
Pemilik nilai IQ 170 ini belajar kalkulus, aljabar, geometri dan trigonometri secara otodidak selama seminggu. Dia pun berhasil membuat para profesor dari berbagai kampus terkesan dengan kemampuannya menyelesaikan berbagai konsep rumit dalam matematika.
Â
Lahir pada 26 Mei 1998, Jacob merupakan mahasiswa S-2 brilian, dan kini sedang mengejar studi doktoral dalam bidang fisika kuantum. Remaja ini terkenal baik hati dalam memberikan sesi tutorial kepada teman sekelasnya usai kuliah.
Â
Proyek terkininya adalah “versi perluasan dari teori relativitas Einstein”. Karena tidak yakin bagaimana cara mengevaluasi hasil kerjanya, ibu Jacob pun mengirimkan video berisi penjelasan Jacob tentang teorinya ke Institute for Advanced Study, dekat Princeton University, AS.
Â
Profesor astrofisika dan pakar kelas dunia dari institut itu, Scott Tremaine menegaskan keautentikan teori Jacob. “Teori yang dikerjakan Jacob melibatkan banyak permasalahan sulit di astrofisika dan fisika teoritis. Siapa pun yang bisa menyelesaikannya bisa meraih hadiah Nobel,” kata Tremaine.
Â
Pencapaian Jacob ini sangat mengesankan mengingat pada usia dua tahun dan belum berbicara, dia didiagnosa dengan Asperger’s Syndrome, sebuah bentuk autisme ringan. Bersama orangtuanya, remaja 16 tahun ini menjalankan lembaga nonprofit, Jacob’s Place, untuk membantu anak-anak penderita Autisme. Jacob percaya, autisme yang dideritanya membantu dia dalam belajar banyak konsep baru.
Â
2. Phoebe Cai
Â
Phoebe Cai sangat menguasai matematika. Dia menempati peringkat delapan di antara partisipan kompetisi Math Prize for Girls 2012 di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat. Di juga meraih medali perunggu dalam Math Prize for Girls Olympiad 2012.
Â
Siswa SMA ini meraih berbagai prestasi dalam kompetisi matematika. Dia dianugerahi penghargaan dari Society of Women Engineers Award pada 2013 atas prestasinya di bidang sains dan matematika.
Â
Di usianya yang masih belia, Phoebe juga melakukan riset pada level kuliah, membantu analisa data pada penelitian di Sekolah Kedokteran University of Pennsylvania. Dia akan mengerjakan penelitian di Institut Sains MIT.
Â
Tidak hanya piawai mengutak-atik berbagai rumus matematika, remaja 16 tahun ini juga mahir berbahasa Prancis. Tahun lalu, dia menempati peringkat tujuh nasional pada level 2A dan memenangi Middlebury College French Award. Dia juga aktif di orkestra sekolah serta berencana kuliah dalam bidang sains.Â
Â
3. Moshe Kai Cavalin
Â
Jika bertanya tentang bagaimana rasanya menjadi jenius, Moshe Kai Cavalin akan mencibir. “Itu adalah pertanyaan yang selalu mengganggu saya. Orang-orang perlu tahu bahwa Anda tidak perlu jenius. Anda hanya harus bekerja keras dan dapat mencapai apa pun,” kata remaja 16 tahun ini.
Â
Bekerja keras memang menjadi keseharian Moshe. Bayangkan saja, dia masuk kuliah pada usia delapan tahun dan meraih dua gelar Associate of Arts pada usia 11 tahun dengan nilai IPK sempurna 4,0 saat kelulusan. Pada usia 15 tahun, Moshe lulus sebagai sarjana matematika dari University of California (UCLA) bersama lulusan lain yang usianya 10 tahun lebih tua.
Â
Tiga tahun lalu, Moshe menulis buku, We Can Do, dalam bahasa Mandarin dan Inggris. Dia mengalihbahasakan buku itu ke dalam bahasa Inggris sendiri. Buku setebal 100 halaman ini membantu anak muda mencapai prestasi seperti dirinya dengan tetap fokus dan menjalani semuanya dengan komitmen penuh.Â
Â
Moshe mengaku, orangtuanya tidak memaksa dia untuk belajar selama 24 jam sehari dan tujuh hari seminggu. Sebaliknya, Moshe juga menyibukkan diri dengan belajar menyelam, bela diri dan bermain sepakbola. Jenius matematika ini berencana melanjutkan studi pascasarjana dan membidik gelar doktor.
Â
4. Sitan “Stan†ChenÂ
Â
Sitan Chen menguasai bidang matematika dan komputer. Dia menjuarai berbagai kompetisi dalam kedua bidang itu dan meraih hadiah puluhan ribu dolar.
Â
Salah satu prestasinya adalah memenangi Siemens Competition in Math, Science & Technology pada 2010. Ketika itu, dia memimpin sebuah tim dalam memecahkan tantangan matematis yang tidak mampu diselesaikan oleh matematikawan selama 70 tahun. Pada tahun berikutnya, dia menjuarai kompetisi yang sama berkat riset dalam bidang matematika grafis dan bagaimana komputer menangani multi data.Â
Â
Kemenangan ganda ini mencatatkan Sitan sebagai pemegang rekor pelajar pertama yang meraih gelar juara selama 13 tahun penyelenggaraan kompetisi tersebut.
Â
Sitan juga merupakan violis dan pianis berbakat. Bahkan, dia tampil enam kali di Carnegie Hall. Menurutnya, musik adalah bentuk penyelesaian masalah.
Â
“Musik memberikan kesempatan untuk menangani tantangan terkait teknik, struktur dan interpretasi dengan menggunakan kreativitas dan pengetahuan intelektual dan di saat yang sama, berkomunikasi menggunakan cara-cara yang tidak bisa dilakukan kata-kata,” ujar cowok 17 tahun ini.
Â
Mahasiswa tingkat pertama di Harvard University ini mengambil studi matematika. Di kampus, dia menjadi anggota Harvard Glee Club dan analis di Harvard College Consulting Group yang memberikan jasa konsultasi untuk organisasi bisnis, lembaga nirlaba maupun kelompok mahasiswa. (bersambung)
Â
5. Isha Jain
Â
Ketika duduk di kelas lima, Isha Jain memulai kamp matematika untuk dia dan teman-temannya. Setahun kemudian dia mampu menangani permasalahan matematika tingkat kuliah.
Â
Pada saat di kelas delapan, Isha mengambil kelas kalkulus lanjutan dan sukses dalam pelajarannya. Kemudian di kelas sembilan, dia bekerja paruh waktu di laboratorium biologi di Lehigh University, Amerika Serikat .
Â
Di usia 16 tahun, Isha tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang anggota tubuh manusia dan bagaimana pertumbuhannya. Dia memecahkan masalah itu dengan mempelajari pertumbuhan tulang di sirip ikan zebra.
Â
Journal Developmental Dynamics mempublikasikan hasil kerjanya. Publikasi itu pun mengarahkannya untuk memenangi Siemens Competition in Math, Science, and Technology 2007–2008. Dia juga berhak atas hadiah uang senilai USD100 ribu.
Â
Isha menyebut pencapaiannya karena memulai semuanya sejak muda. “Saya selalu menyukai matematika dan sains. Tapi tanpa menenggelamkan diri dalam riset, saya tidak tahu apakah itu yang saya inginkan,” ujarnya.
Â
Jenius matematika berusia 17 tahun ini sekarang menjadi mahasiswa baru di Harvard University dan berencana melanjutkan studi di sekolah kedokteran.
Â
6. Shouryya Ray, 18, Germany
Â
Pada usia 16 tahun, Shouryya Ray berhasil memecahkan masalah Fisika yang dipresentasikan Isaac Newton lebih dari 350 tahun yang lalu. Ketika itu, remaja kelahiran India ini sedang menjalani program magang di Technische Universität Dresden, Jerman.Â
Â
Shouryya berhasil menemukan metode baru untuk menyelesaikan dua persamaan dalam partikel dinamis yang sebelumnya hanya dapat diselesaikan sebagian oleh komputer. Hasil kerjanya tersebut dapat diterima oleh para ahli profesional, dan matematikawan senior.Â
Â
Pada awalnya, media massa memberitakan hal ini sebagai pencapaian menakjubkan dari seorang remaja 16 tahun. Kemudian, artikel ilmiah lainnya membantah temuan Shourrya.
Â
Jürgen Voigt, profesor matematika di Dresden, dan koleganya, Professor Ralph Chill, mempublikasikan laporan yang membandingkan hasil kerja Shouryya dengan literatur yang sudah ada. Sayangnya, mereka menemukan bahwa solusi “baru” yang ditawarkan Shouryya ternyata sudah diketahui secara umum oleh para ahli matematika.
(rhs/okezone)