BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU– Kehadiran banyaknya maskapai Low Cost Carrier (LCC) atau berbiaya murah melayani rute pulang pergi Pekanbaru-Medan berimbas pada bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP). Bahkan perusahaan otobus (PO) mengurangi volume bus di Terminal Bandar Raya Payung Sekaki (BRPS) Pekanbaru.
Seperti yang disampaikan Ketua Organda Pekanbaru, Syaiful Alam kepada kru bertuahpos.com. “Memang kawan-kawan kita banyak mengeluhkan jumlah penumpang yang berkurang,” katanya, Senin (18/04/2016).
Syaiful menerangkan dengan kehadiran maskapai berbiaya murah, membuat masyarakat beralih memakai jasa angkutan udara ketimbang darat.
“Karena banyak yang melihat dengan pakai pesawat lebih cepat ketimbang dari darat. Lagi pula selisih harga tidak terlalu jauh,” katanya.
Syaiful menyadari pihaknya tidak bisa intervensi tarif angkutan udara yang sudah diatur oleh kementerian perhubungan. “Sebenarnya ada untungnya juga pesawat biaya murah. Karena bisa dibilang rute Pekanbaru ke Medan itu sibuk. Apalagi waktu momen lebaran atau liburan penumpang tidak bisa dilayani bus saja,” tuturnya.
( Baca:Terminal BRPS Pekanbaru Sepi, Organda: Mau Bagaimana Lagi)
Namun Syaiful juga menilai beralihnya penumpang dari bus ke pesawat juga dikarenakan jalan yang jadi lintas antara Provinsi Riau dengan Sumatera Utara (Sumut) masih belum baik. “Makanya waktu tempuh jadi lama bahkan enam sampai delapan jam baru sampai. Sedangkan pesawat 45 menit sudah tiba,” ujarnya.
Untuk itu Syaiful meminta pemerintah menyegerakan perbaikan jalan. Sehingga arus lalu lintas penghubung dua provinsi bisa lebih baik.
“Dan juga tertibkan travel ilegal. Itu juga membuat penumpang anggota kita semakin turun. Kita minta ditindak tegas,” katanya.
Sebagai informasi saat ini ada tiga maskapai yang melayani rute Pekanbaru-Medan. Harga terendah masih dipegang Lion Air dengan tarif mulai dari Rp 273 ribu, kemudian Citilink dengan harga Rp 344 ribu dan Nam Air dari Sriwijaya Group dengan tarif Rp 362 ribu.
Sebelumnya pihak Terminal BRPS Pekanbaru mengeluhkan menurunnya volume kendaraan. Bahkan jumlah bus yang beroperasi berkurang sekitar 50 persen. Padahal sesuai aturan kendaraan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), Antar Jemput Antar Provinsi (AJAP) dan Antar Jemput Dalam Provinsi (AJDP) wajib masuk terminal.
“Seperti AKAP biasanya bisa 100 dalam satu hari. Sekarang cuma 25 sampai 27 armada saja,” kata Kepala UPTD Terminal BRPS Pekanbaru, Bambang Armanto.
Akibat berkurangnya armada yang masuk terminal berdampak berkurangnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pekanbaru. Tahun 2015 pihaknya hanya mampu memperoleh Rp 600 juta dari target Rp 800 juta.
Selain itu berkurangnya penumpang akibat persaingan PO dengan maskapai. “Kita dapat informasi dari rekan-rekan di Organda demikian. Penumpang berkurang akibat persaingan dengan pesawat biaya murah,” ujarnya.
Penulis: Riki