BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Di Indonesia, setiap tanggal 25 Januari diperingati sebagai Hari Gizi Nasional. Hari gizi nasional sendiri pertama kali diadakan oleh Lembaga Makanan Rakyat (LMR) pada pertengahan tahun 1960-an, yang kemudian di lanjutkan oleh Direktorat Gizi pada tahun 1970-an hingga sekarang.
Gizi memiliki peran yang vital dalam kehidupan. Terutama di zaman yang semakin berkembang seperti saat ini. Seperti yang diucapkan oleh Debora Juliana salah satu ahli gizi yang ada di Pekanbaru saat dijumpai Bertuahpos.com, Rabu (25/1/2017).
Wanita berambut pendek ini menjelaskan saat ini ada dua issue gizi yang sedang dihadapi Indonesia, khususnya bagi anak-anak. Seperti yang pertama ada overweight atau kelebihan berat badan, sedangkan yang kedua ada issue pengertian pemberian ASI eksklusif.
“Saat ini banyak anak yang mengalami overweight. Hal ini disebabkan mudahnya ditemukan makanan cepat saji saat ini,” terang Debora Juliana.
Wanita yang juga mengajar di salah satu sekolah swasta ini juga menyampaikan banyaknya anak yang mengalami overweight disebabkan kurangnya kontrol dari orang tua mengenai makanan apa saja yang dimakan oleh anaknya. “Apabila anak sudah mengalami overweight, maka akan berpengaruh pada masa depan anak. Oleh karena itu kita harus mengontrol gizi yang masuk kedalam tubuh anak,” tutur Debora Juliana.
Selain issue overweight pada anak, issue pemberian asi eksklusif juga merupakan salah satu yang cukup menjadi perhatian oleh beberapa ahli gizi Indonesia.
Saat ini masih banyak orang khususnya ibu yang tidak tahu akan pengertian pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. “Kalau sudah ASI eksklusif, berarti bayi atau anak tidak boleh lagi dikasih apapun selain air susu ibu. Hal ini dikarenakan untuk bayi usia 0-6 bulan hanya ASI saja sudah cukup tanpa makanan atau apapun. Bahkan air putihpun tidak boleh diberi, terkecuali si bayi sakit dan harus meminum obat,” terang Debora Juliana.
Dalam harapannya di hari gizi nasional, Debora Juliana berharap tidak ada lagi anak-anak yang mengalami berat badan berlebihan. Sedangkan bagi sang ibu, wanita berusia 25 tahun ini beraharap si ibu mengerti dan lebih memahami apa itu ASI eksklusif.
Penulis: Teguh Asrin