BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Pemerintah Provinsi seolah hanya bermimpi jika berfikiran bahwa pergelaran Riau Expo 2015 mampu mendongkrak investasi Riau yang terpuruk karena bencana kabut asap hingga ratusan miliar.
Bank Indonesia Kantor Cabang Riau telah mengeluarkan hasil riset sementara terkait kerugian yang dialami sektor bisnis akibat kabut asap. Deputi Kepala BI Kantor Cabang Riau, Irwan Mulawarman menjelaskan, sebagian responden mencatat telah mengalami penurunan omzet penjualan sebesar 24,95 persen, dengan penurunan terbesar terjadi disektor jasa dan usaha transportasi.
“Hasil ini kami rilis dari kajian singkat sementara dampak dari asap berdasarkan hasil quick survey yang kami lakukan saat pergelaran forum grup diskusi di BI,” katanya. Selasa (27/10/2015).
Tapi, mungkin Plt Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman punya pandangan lain. Pegelaran Riau Expo 2015 yang dibuka di gedung megah SKA Co Ex pada Senin malam kemarin, dianggap suatu langkah strategis untuk mendongkrak investasi Riau.
Dengan suasana investasi Riau yang masih sedikit dari target ditetapkan,mimpi itu diharapkan terwujud. “Dengan kondisi seperti ini kami harus cari terobosan baru,” katanya. “Even ini adalah sarana promosi investasi. Dalam suasana seperti ini terobosannya disektor wisata.
Riau tidak bisa bergantung terus dengan potensi komoditi perkebunan yang ada. Pengalaman terpuruknya harga dan nilai ekpor terhadap hasil sawit dan karet, ditambah lagi bencana kabut asap yang melanda Riau dianggap pelajaran berharga. Itulah alasan mengapa Andi Rachman berfikir bahwa sektor wisata berpotensi untuk digarap. “Sektor keunggulan perkebunan dan Migas mengalami gangguan dan penurunan. Expo momen tepat untuk promosi wisata,” sambungnya.
Tapi mungkinkan momentum Riau Expo yang hanya berlangsung selama sepekan ini mampu menalagi kerugian tersebut. “Tentu saja tidak semudah itu,” kata Irwan. Bahkan BI sendiri belum berani mengeluarkan prediksi pertumbuhan ekonomi Riau kwartal ke IV.
Potensi pertumbuhan daerah regional bruto atau PDRB Riau ditahun ini menurun, efek daya beli masyarakat yang melemah. Hampir semua sektor kena imbasnya. “Akhir Desember kami baru keluarkan rilisnya,” sambungnya. (Melba)