BERTUAHPOS.COM, BUKITTINGGI – Anggota Komisi III DPRD Bukittinggi Fauzan Haviz, menilai pariwisata Bukittinggi sejak 1998 sampai sekarang belum pulih. Kondisi itu dapat dilihat dari kunjungan wisman yang datang berkunjung.
Menurut Ketua DPD PAN Bukittinggi itu, masa emas kunjungan wisman ke-Bukittinggi berkisar antara tahun 1982-1996. Ketika itu, dikatakan lulusan Woshington DC Amerika Serikat itu, turis tampak sangat ramai diberbagai objek wisata di Bukittinggi.
“Dulu dikampung Cina itu turis saja isinya, kemudian di Jam Gadang, Lubang Jepang, Ngarai Sianok, dan Kebun Binatang, pokoknya kemana berjalan di Bukittinggi sekitar tahun 1982-1996 tampak turis berjalan kaki. Tapi sekarang terutama sejak krisis dan kerusuhan 1998 turis sulit ditemukan di Bukittinggi,” jelas tokoh muda Bukittinggi itu.
Menurutnya, tidak hanya akibat tragedi 1998 dan krisis moneter yang meluluh lantakkan perekonomian masyarakat, juga akibat banyaknya ancaman teror dan ledakan bom di Indonesia akhir-akhir ini. Bom Bali 1 tahun 2002 dan bom Bali II pada tahun 2005 serta ledakan bom terakhir 14 Januari 2016 lalu di Jalan MH Thamrin Jakarta, atau dikenal dengan Bom Sarina. Secara langsung menurutnya, memang tidak berdampak bagi kunjungan turis mancanegara datang berkunjung ke-Bukittinggi. Tetapi secara keseluruhan, kunjungan wisman berkurang, akibat takut menjadi korban serangan teror.
“Jadi satu daerah baru bisa dikatakan sebagai kota wisata apabila daerah itu tampak setiap hari seperti hari libur,begitu ramainya orang. Tidak hanya ketika hari libur atau hari raya atau tahun baru ramainya,” jelasnya, Selasa (26/1/16)
Parahnya lagi, keseriusan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat untuk mengangkat citra positif pariwisata diberbagai daerah di Sumbar belum terlihat. Untuk itu, menurutnya, perlu ada sinergisitas atau kerjasama antara Pemko Bukittinggi dengan Dinas Pariwisata Sumbar untuk mempromosikan wisata Bukittinggi hingga mancanegara.
Kemudian, Pemerintah daerah melalui Dinas Pariwisata juga harus intens menggelar berbagai kegiatan yang menarik bagi kunjungan wisman ke Bukittinggi atau Sumatera Barat. Ditambah dengan gencarnya promosi yang dilakukan oleh Pemerintah daerah keberbagai belahan dunia.
“Harusnya promosi gencar dilakukan. Kemudian juga transportasi harus langsung, contoh untuk penerbangan dari luar negeri juga dibuka di Padang. Sehingga turis dari luar negeri yang menjadi sasaran promosi wisata Sumbar bisa langsung mendarat di BIM,” sebutnya.
Pelaku wisata Bukittinggi yang juga mantan GM Hotel Granmalindo, Edison Katib Basa, menyebut memang kondisi pariwisata Bukittinggi masih stagnan. Hanya saja, pengaruh Bom Sarina untuk kunjungan wisman ke Bukittinggi tidak terlalu berdampak.
“Kalau bom Sarina, saya kira tidak ada dampaknya bagi kunjungan wisman ke Bukittinggi. Tapi walau begitu, kewaspadaan terhadap ancaman bom atau teror harus terus diwaspadai oleh semua pihak,” pinta Anggota Komisi II DPRD Bukittinggi itu. (khatik)