(CERPEN SB) – Tiga orang tentara terkapar bersimbah darah dengan luka tusuk dibagian dada, leher dan perut, di sebuah rumah kosong di ujung gang buntu. Salah satu dari tentara itu ada yang meninggal dengan mata terbuka dan lehernya diikat tali.
Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Ocu Riki terpana seketika, beberapa kali dia melirik jarum jam di lengan sebelah kirinya. “Pukul 01.00 WIB,” kata Ocu Riki dengan nada suara bergetar. “Artinya peristiwa ini baru saja terjadi.”
—
Itulah Alang. Kau harus tahu bagaimana dia hidup. Padahal, apa yang dilakukannya hanyalah bentuk persemayam lautan rasa yang sulit ditebak, keluar dari garis sewajarnya.
Seolah mencari zamrud di tengah pantai dengan taburan pasir putih nan tak terhingga. Bagi ku, Alang bukan manusia, tapi untuaian-untaiah harap bagi mahluk jadat penghuni bumi ini, meski sering kali mereka menyebutnya gila. selengkapny, baca Sastra Bertuah
Â