BERTUAHPOS.COM, BUKITTINGGI – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sudah mengusulkan silat tradisional sebagai warisan dunia tak benda kepada United Nations Educational Scentific and Culture Organization (UNESCO) pada awal Januari 2017 silam.
Silat tradisional merupakan aset berharga budaya bangsa Indonesia khususnya Minangkabau, Propinsi Sumatera Barat. Maka perlu dijaga kelestariannya, sebab Indonesia terkaya budaya di Dunia.
Menjaga dan merawat silat sebagai word Haritage. Artinya sampai saat ini silat sudah membumi dan mendunia. Kemudian silat tradisional juga telah tersebar di 51 negara di dunia. Sehingga orang-orang didunia kalau berbicara tentang silat, maka orang akan ingat Indonesia khususnya Minangkabau.
“Dalam upaya pelestarian budaya itu, maka Pemerintah Kota Bukittinggi bersama-sama dengan IPSI membuat ivent festival silat tradisional Nusantara dan internasional sesuai rencana akan digelar 11-15 Oktober 2017 lalu. Namun karena koata tidak terpenuhi sehingga Pemko bersama-sama panitia mengambil keputusan untuk mengundur acara hingga waktu yang tidak ditentukan,” sebut Ketua IPSI Bukittinggi, Herman Sofiyan didampingi Sekretaris IPSI, Mul Akhiar Dt.Sinaro, kepada wartawan, kemarin.
Dengan mengambil falsafah “silat batin mencari tuhan. Silat lahir mencari teman” itu terpaksa diundur. Melalui tema itu diharapkan terjalin persaudaraan tanpa batas perguruan silat di seluruh dunia. Kemudian dengan silat tradisional akan lahir nilai-nilai akhlak mulia dan saling tolong menolong.Â
Direncanakan ivent festival silat tradisional Nusantara dan internasional ini dapat kembali diselenggarakan pada tahun 2018 mendatang. Kepedulian Pemko Bukittinggi dalam upaya pelestarian silat trarisional di Kota Wisata itu cukup tinggi.Â
“Pemko Bukittinggi sangat peduli dengan pelestarian silat tradisional di Sumatera Barat. Beberapa kali melakukan kegiatan-kegiatan silat antar pesilat se-Sumatera Barat dan perguruan-perguruan silat di Bukittinggi-Agam,” tambah Mul Akhiar.
Kepedulian Pemko dalam pelestarian silat tradisional dihargai oleh tetua silat di Sumbar, seperti H.Syofyan Nadar, Ramli, Kobar, Khaidir dan Hendri Adek. Dengan pelestarian silat tradisional, akan lahir generasi muda Bukittinggi khususnya dan Indonesia umumnya berakhlak mulia dengan dibentengi nilai-nilai silat.Â
Kedepan, tetua silat di Bukittinggi beharap Pemerintah Kota menjadikan silat menjadi kurikulum di sekolah. Dengan begitu generasi Bukittinggi sudah diajarkan silat sebagai nilai luhur dan jurus bela diri sejak dini dari bangku sekolah.Â
“Ini harapan kita kedepan. Sejak dari usia dini anak-anak kita diajarkan nilai-nilai silat dan jurus silat untuk bela diri melalui sekolah. Maka kita optimis kepada Pemerintah untuk memasukan silat dalam mata pelajaran di sekolah. Tentu kita meminta agar Kementerian pendidikan dan kebudayaan mensupor,” pinta Mul Akhiar.
Salah seorang tuo-tuo silek Sumbar, Ramli meyakini bahwa Pemko Bukittinggi bisa mengemas ivent silat tradisional Nusantara dan internasional lebih baik lagi. Terkait pengunduran kegiatan dinilai Ramli Pandeka Garang, sebuah keputusan yang tepat. Karena sudah dikaji secara matang dengan melihat berbagai kemungkinan.
“Pemko tentu sudah mengkaji matang saat memutuskan untuk diundur. Tetapi memang ini harus menjadi perhatian penting pemko, jangan sampai setelah ini orang menilai kita tidak bisa menyelenggarakan ivent berskala nasional dan internasional,” sebutnya. (bpc15)