BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU TEMPO DULU – Bangunan Mesjid An-Nur itu indah. Siapapun yang melihat pasti sepakat dengan kesimpulan itu. Lebih separuh masyarakat Riau pernah berkunjung ke sini, dan 90% lainnya pernah dengar nama mesjid itu.
Kubah mesjid ini didominasi warna hijau sedikit pekat berpadu dengan biru. Perpaduan dua warna ini menambah kesan elegan. Di bagian kaki kubah itu melingkar ornamen melayu berwarna kuning, sebagai bentuk ciri khas nuansa budaya.
Ada banyak rekam pengabadian yang dilakukan oleh fotografer handal terhadap kemegahan bangunan mesjid itu. Halamannya yang luas tentu saja membuat komunitas leluasa untuk membidik sudut pandang atau bangian mana, menarik untuk diabadikan.
“Dari foto-foto yang banyak beredar, kesannya memang seperti Tajmahal,” kata Apandi, Warga Rohul yang berkunjung ke Mesjid An-Nur, Jumat (13/01/2016).
Pada tahun 2000 mesjid ini pernah direnovasi secara besar-besaran. Area mesjid itu diperluas sampai 12,6 hektar. Padahal sebelum dilakukan pemugaran, kawasan mesjid An-Nur lebih kurang 4 hektar saja.
Setelah bangunan mesjid itu selesai, kapasitas tambungan jamaah juga tidak tanggung-tanggung, bisa menampung sampai 3.000 jamaah. Referensi lain menyebutkan kapasitas tamungan jamaah sampai 4.500 orang. Catatan tentang sejarah mesjid megah ini banyak tertulis dalam berbagai referensi, terpercaya. Termasuk halaman wikipedia.
Jika ada waktu, salat lah di mesjid ini. Kemudian sisihkan sedikit untuk mengitari halaman di sekitar mesjid An-Nur. Luasnya lahan mesjid itu memberi keleluasaan bagi penyediakan lahan terbuka untuk publik termasuk di dalamnya kawasan taman hijau dan lahan parkir yang begitu luas.
Secara historis, rencana untuk mendirikan Mesjid Agung An-Nur telah ada sejak tahun 1963. Namun baru direalisasikan pada tahun 1966 ketika Kaharuddin Nasution menjadi Gubernur Riau.
Tanggal 19 Oktober 1968 Mesjid Agung An-Nur diresmikan penggunaannya oleh Arifin Ahmad, Gubernur Riau waktu itu. Pada tahun 2000 ketika Shaleh Djasit menjadi Gubernur Riau, Mesjid Agung An-Nur direnovasi secara besar-besaran. “Kalau pemugarannya tahun berapa sudah banyak yang tahu memang. Namun runtut sejarah hadirnya mesjid itu banyak yang tahunnya sepenggal-sepenggal. Jadi tidak runtut,” sambung Apandi.
Ketika itu, Apandi sengaja menghabiskan waktu sore di halaman mesjid An-Nur bersama dua orang putra dan Istrinya. Dia hanyalah satu, dari sekian banyak masyarakat Riau yang mengagumi kemegahan mesjid ini.(Tim)