BERTUAHPOS.COM, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan harga BBM naik Rp 2.000 per liter masing-masing menjadi Rp 8.500 per liter untuk premium dan Rp 7.500 per liter untuk solar. Keputusan menaikkan harga BBM sebenarnya bukan pertama kali diambil pimpinan negara di Tanah Air dan masih diwarnai protes dari berbagai kalangan masyarakat.
Menilik sejarahnya, banyak masyarakat yang beranggapan hidup di era Soeharto lebih menyenangkan karena harga BBM kala itu terbilang sangat terjangkau. Faktanya, Soeharto pernah menaikkan harga BBM hingga 71 persen pada 4 Mei 1998.
Sepanjang sejarah kenaikkan harga BBM di Indonesia, hanya mantan presiden B.J Habibie yang tercatat tidak mengambil keputusan menaikan harga BBM selama masa pemerintahannya. Dirinya memang tak lama memegang tampuk pemerintahan di Tanah Air. Hanya sekitar 18 bulan terhitung sejak 21 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999.
Untuk lebih jelasnya, berikut perjalanan kenaikkan harga BBM di Tanah Air sejak era Soeharto hingga masa pemerintahan Jokowi, seperti dilansir dari data yang dihimpun Strait Times, Jumat (21/11/2014):
1. Presiden Soeharto
1. Presiden Soeharto
Mei 1998 – Di bawah tekanan lembaga keuangan internasional atau International Monetary Fund (IMF), Soeharto akhirnya mengambil keputusan menaikkan harga BBM hingga 71 persen pada 4 Mei 1998. Langkah tersebut rupanya menambah kekacauan dan meningkatkan ketegangan di kalangan masyarakat yang memang tengah memanas akibat melambungnya tingkat inflasi kala itu.
Tak hanya itu, aksi protes lantaran kelangkaan bahan pangan dan seruan penggulingan Soeharto dari kursi jabatannya kian parah khususnya di Ibukota. Aksi tersebut juga diwarnai sejumlah ledakan di Jakarta pada 12 dan 13 Mei 1998, saat 1.200 orang diperkirakan tewas.
Kondisi di Tanah Air khususnya di Jakarta semakin tidak kondusif. Pusat-pusat perbelanjaan dijarah, berbagai kendaraan di jalanan di bakar, bank dan ATM dihancurkan sejumlah massa.
Kerusuhan tersebut mendorong beberapa duta besar asing mengevakuasi seluruh warganya yang tinggal di Indonesia untuk pulang ke negaranya masing-masing. Soeharto akhirnya mengumumkan pengunduran dirinya pada 21 Mei 1998 setelah 32 tahun menjabat sebagai presiden.
2. Abudrrahman Wahid
2. Abudrrahman Wahid
Maret 2000 – Abdurrahman Wahid menunda kebijakan menaikkan harga BBM sebesar 12 persen karena khawatir keputusannya akan mengundang aksi massa dalam jumlah besar. Kenaikkan harga BBM tersebut merupakan bagian dari kesepakatannya dengan IMF untuk pinjaman dalam jumlah besar yang dibutuhkannya.
Oktober 2000 – Abdurrahman Wahid yang akrab dipanggil Gus Dur ini akhirnya menaikkan harga BBM sebesar 12 persen. Keputusannya tetap saja memicu aksi protes massa.
Dia kemudian mengumumkan rencana untuk menaikkan harga BBM sebesar 20 persen pada April 2001 usai dipicu kekhawatiran perekonomian bergerak tak stabil.
Juni 2001 – Guna meyakinkan IMF dan negara lain tentang komitmennya untuk mereformasi, Gus Dur menaikkan harga BBM hingga 30 persen. Tentu saja, keputusannya menuai aksi protes dan diwarnai kekerasan yang tersebar di berbagai penjuru negeri.
Aksi protes tersebut digawangi mahasiswa dan para pekerja perusahaan angkutan umum.
3. Megawati Soekarnoputri
3. Megawati Soekarnoputri
Januari 2003 – Megawai mengambil keputusan menaikkan harga BBM sebesar 22 persen. Selama dua minggu, aksi protes dari masyarakat berlangsung menentang keputusan tersebut. Mahasiswa dan aparat terlibat pertikaian karena para mahasiswa terus menuntut Megawati untuk turun dari kursi presiden dan menurunkan harga BBM.
4. Susilo Bambang Yudhoyono
4. Susilo Bambang Yudhoyono
Maret 2005 – Usai kampanye panjang menyiapkan masyarakat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menaikkan harga BBM sebesar 29 persen. Tetap saja, berbagai demonstrasi digelar di sejumlah kota menentang keputusan tersebut.
Tapi dalam waktu singkat dan sedikit kekerasan, aksi protes dapat diredam.
Oktober 2005 – Pemerintah menggandakan harga BBM bersubsidi dan mendorong tingkat inflasi ke level tertinggi dalam enam tahun. Itu membuat Bank Indonesia meningkatkan suku bunga acuan hingga ke level tertinggi dalam tiga tahun.
Rencana pemerintah untuk membekali jutaan keluarga miskin dengan dana bantuan langsung tunai (BLT) masih menyebabkan protes panjang.
September 2007 – Wakil Presiden Jusuf Kalla saat itu mengatakan, pemerintah tak punya rencana untuk meningkatkan harga BBM meskipun harga minyak global meningkat hingga lebih dari US$ 80 per barel dari US$ 60 per barel di awal 2007.
Mei 2008 – Pemerintah SBY akhirnya menaikkan harga BBM hingga hampir 30 persen dan menyebabkan protes besar-besaran di sejumlah tempat.
April 2009 – Harga BBM diturunkan sebelum pemilihan umum presiden. Langkah itu tentu saja membantu SBY terpilih kembali menjadi presiden untuk masa jabatan selama lima tahun hingga 2014.
Maret 2012 – Ribuan masyarakat Indonesia di seluruh penjuru negeri menentang rencana kenaikan harga BBM yang diprediksi menyebabkan kesulitan secara luas.
Juni 2013 – Pemerintah memangkas subsidi BBM setelah berbulan-bulan diperdebatkan. Harga solar naik 22 persen menjadi Rp 5.500 per liter sementara harga premium naik 44 persen
menjadi Rp 6.500 per liter.
5. Joko Widodo
5. Joko Widodo
November 2014 – Belum genap sebulan setelah resmi dilantik menjadi presiden, Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan harga BBM naik Rp 2.000/liter masing-masing menjadi Rp 8.500/liter untuk premium dan Rp 7.500/liter untuk solar. Keputusan tersebut menuai protes keras dari berbagai kalangan, masyarakat, buruh hingga pengusaha angkutan kota. (Sis/Gdn/Liputan6)
Â