BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Efek gejala alam dan kontaminasi air asin ternyata sangat mempengaruhi kualitas panen buah kelapa di Inhil. Kondisi seperti ini sebenarnya sudah berlangsung sangat lama.
Kabid Promosi dan Pengolahan Hasil Perkebunan (PPHP) Dinas Perkebun Provinsi Riau, Ferry H.C mengatakan, kontaminasi air asin ini menyebabkan perkebunan kelapa masyarakat wilayah-wilayah tertentu mengalami krisis. Dalam kondisi ini diperlukan teknologi yang mampu mengatasinya.
“Kalau dulu, konsentrasi teknologi itu lebih pada pengelolalan, memupuk dan panen. Nah, sekarang teknologinya bergeser kepada pengelolaan tata air. Itu juga sangat berpengaruh besar bagi kualitas hasil panen,” ujarnya, Jumat (16/01/2014).
Jika hal ini tidak segera ditangani, maka perkebunan kelapa akan terdegradasi dengan sendirinya. Namun, menurutnya hal seperti ini tidak pantas disalahkan masyarakat. Dengan kata lain, jauh sebelum teknologi kelapa berkembang, penduduk pertama di Inhil sudah menerapkan tata kelola perkebunan kelapa yang baik.
“Kita tidak bisa jaga menyimpulkan bahwa pengetahuan petaninya yang rendah. Karena jauh sebelum itu, masyarakat memang sudah dulu bergantung hidup pada berkebunan kelapa. Buktinya mereka bisa menangahi itu,” tambahnya.
Ferry mengatakan, kondisinya hari ini petani dikendalikan oleh emosi pasar yang tidak terkontrol dengan baik. Disaat harga bagus petani lebih cenderung jor-joran menjual tanpa mengembalikan sumber daya tersebut untuk memperbaiki perkebunan kelapa.
“Jadi secara budidaya, tidak ada yang berlu dikhawatirkan. Hanya saja yang perlu diantisipasi, yakni gejala alam atau efek dari kontaminasi air asin yang sudah berlangsung 15 sampai 20 tahun yang lalu,” ujarnya. (melba)