BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Â Seorang ibu terbujur kaku di atas kasur beralaskan daun pisang. Hampir seluruh tubuhnya menghitam dan melepuh seperti terbakar. Kelopak matanya ikut mengelupas. Dia bahkan sulit bergerak dan selalu kedinginan. Ibu itu bernama Luci. Dia punya 9 anggota keluarga termasuk suaminya bernama Hasan. “Melihat istri menderita, pedih hati saya,” ujar Hasan.
Luci, Hasan dan anggota keluarga lainnya tinggal di Jalan Flamboyan, RT 01 RW 06, Kelurahan Tangkerang, Labuai Selatan. Mereka tinggal di sebuah gubuk sempit dan sangat tidak layak. Bahkan tempat tinggalnya bersebelahan dengan kandang ayam, kandang bebek dan anjing. Sudah 10 tahun mereka di sana.Â
Menurut cerita sang Suami, 7 bulan lalu istrinya melahirkan dengan sesar. Seperti biasa dokter memberikan obat untuk penyembuhan luka bekas operasi. 2 bulan kemudian Luci kecelakaan lalu lintas. Tulang bagian lengannya patah. Lantaran tak punya biaya cukup, Hasan membawa Luci ke pengobatan alternatif. Dari sana Luci diberi obat untuk penyembuhan patah tulang.Â
“Mungkin karena rasa sakit yang tak tertahankan dan keinginan untuk sembuh semakin kuat lantaran ada bayi yang harus dia urus. Istri saya minum obat alternatif itu secara bersamaan dengan obat yang diberikan dokter habis sesar itu. Bahkan tanpa jeda,” kata Hasan.Â
Setelah 10 hari, efeknya ternyata semakin parah. Hasil pemeriksaan dokter, saluran pernapasan Luci terbakar dan ginjal rusak akibat tidak mampu menetralisir obat-obatan tersebut. Sekujur tubuhnya dipenuhi luka bakar dan otot tubuhnya kaku.Â
“Tergesek saja sedikit kulitnya akan robek. Tidak jarang kulit istri saya mengeluarkan nanah dan melepuh seperti terkena air panas,” tambah Hasan.Â
Sudah 4 kali pak Hasan membawa istrinya ke rumah sakit, bermodalkan surat BPJS dan KIS. Namun, pengobatan yang dilakukan nyatanya tidak membuahkan hasil. Ibu Luci masih tetap merasakan sakitnya hingga saat ini. Sudah 5 bulan dia menderita seperti itu. “Akhirnya, kami pasrah dan melakukan pengobatan seadanya di rumah,” sambungnya.Â
Sementara itu, Hasan hanya seorang buruh dengan penghasilan tidak tetap. Anak pertamanya masih SMP dan kini rela putus sekolah akibat sulitnya perekonomian mereka sejak sang Ibu sakit. Adiknya berumur 7 bulan, juga harus ia asuh sebab ibunya tidak lagi dapat mengurusi mereka.
Menurut pengakuan Hasan, belum ada bantuan sama sekali yang mereka dapatkan. Hanya tetangga yang masih memberikan sedikit sumbangsih dan bantuan semampunya. Hasan memang sudah mencoba meminta bantuan ke pemerintahan desa, dan kecamatan, namun hasilnya nihil, lantaran terkendala surat pindah.Â
Hasan pasrah. Luci pun kini menolak jika diajak berobat oleh keluarganya, karena mungkin ia merasa kasihan dengan suaminya yang bersusah payah mengais rezeki, sementara masih ada anggota keluarga yang harus dihidupi.
“Keinginan saya tidak banyak. Saya hanya ingin istri saya segera sembuh. Saya tau saya masih kuat bekerja, dan saya malu meminta-minta, tetapi perekonomian kami benar-benar sulit. Bahkan untuk makan saja seadanya apalagi berobat. Saya tidak berharap mereka mau membantu, saya hanya berharap masih ada saudara-saudara saya yang masih memiliki hati nurani.” kata Hasan. Matanya berkaca-kaca ketika menceritakan kondisi istrinya.***
Artikel ini ditulis oleh Khoirun Nisa, Mahasiswi semester 2 Jurusan Ilmu Komunikasi Fisip UR, melalui proses editor di redaksi bertuahpos.com.