BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Sekolah mestinya menjadi tempat yang aman bagi anak. Namun video yang berisi bullying siswa SD di Sumatera Barat (Sumbar) menunjukkan betapa pengawasan guru terhadap anak didik masih lemah.
Hal itu disampaikan pengamat pendidikan sekaligus Wakil Rektor III UIN Suska Riau, Dr Tohirin MPd kepada bertuahpos.com. “Kita miris sekali melihat hal itu terjadi di lembaga pendidikan, apalagi murid Sekolah Dasar,” ujarnya, Jumat (24/10/2014).
Bagi mantan Dekan Fakultas Psikologi UIN Suska ini, kasus bully (penganiayaan) yang menimpa siswi sekolah dasar (SD) Trisula Perwari Kota Bukittinggi, Sumbar itu, menunjukkan fungsi pendidik sebagai pengawas belum optimal.
“Pertanyaannya di mana pengawasan guru? Kalau pendidik telah melakukan pengawasan hal itu semestinya tidak terjadi,” sesalnya.
Untuk itu dirinya menghimbau agar para pengajar kembali menjalankan fungsinya sesuai profesi. Sebab kini banyak dijumpai para guru yang merasa telah melakukan kewajibannya dalam sekolah.
“Tetapi itu persepsi yang keliru. Dalam buku sosiologi Pendidikan karangan S Nasution halaman 91, fungsi guru itu 24 jam,” sebutnya. Maksudnya selagi guru dan murid masih berinteraksi di luar sekolah, guru tetap punya tanggungjawab. “Seperti tugas pengawasan murid. Seperti sedang apa, dengan siapa, itu masih tugas pendidik,” jelasnya.
Untuk itu dirinya meminta kepada para guru khususnya di Riau. Mengoptimalkan pengawasan pada siswa tidak hanya selama pembelajaran, namun di luar itu juga. “Biarlah yang terjadi menjadi pembelajaran. Agar tak terulang. Tugas sekolah juga mesti menciptakan iklim pendidikan yang kondusif, yang tidak hanya sebagai lembaga transfer ilmu namun sebagai tempat yang aman,” tuturnya.
Seperti yang diketahui dalam video berdurasi 1 menit 52 detik memperlihatkan sejumlah pelajar SD baik laki-laki maupun perempuan memukul dan menendang seorang anak perempuan berjilbab. Korban tampak terpojok di sudut kelas dan pasrah menjadi bulan-bulanan para pelaku. (riki)