Kafrina menjelaskan awalnya dua orang wartawan datang menjumpainya. “Memang ada yang datang, yang satu bilang wartawan satu lagi dari kejaksaan. Tapi awalnya mereka mau bertemu Bu Hanifah, Kabag Perencanaan. Saya bilang beliau sedang ada urusan di Jakarta. Lalu mereka tanya lagi, mau jumpa dengan Bu Kafrina. Lalu saya tanya bapak ada perlu apa dengan Buk Kafrina?” jelasnya.
Kemudian mereka utarakan ingin mengkonfirmasi soal pembangunan Islamic Centre. Namun mengingat masih di tunggu di ruang rapat, Ketua PPK tersebut lantas mohon diri.
Kedua orang tersebut tetap mengikuti Kafrina di ruangan. Dan karena dalam ruangan tersebut sedang berlangsung rapat, keduanya memilih menunggu di luar.
Selang beberapa saat, seorang di antara wartawan tadi, membuka pintu lantas mengatakan, “Kok lama kali rapatnya?,” tanyanya. Akhirnya keduanya masuk, sebab rapat memang sedang pending karena masuk waktu shalat. Mereka dipersilahkan duduk di depan meja kerja Kafrina.
Kemudian wartawan tersebut mengutarakan niatnya meminta karakteristik sub pokok pembangunan Islamic Centre. “Saya tanya identitas surat tugasnya, yang satu mengaku dari koran harian yang berbadan gemuk. Satu lagi dari kejaksaan, yang bilang begitu badannya kurus tinggi. Lalu saya tanya lagi, untuk apa dokumen tersebut?” tutur Kafrina.
Kemudian mereka mengatakan hanya untuk dibaca-baca. Kemudian Kafrina menyarankan agar keduanya memasukkan surat resmi, jika benar memerlukan dokumen tersebut. Lalu Kafrina izin untuk undur diri, sebab waktu shalat zuhur telah masuk.
Namun salah satu dari mereka sempat mengungkapkan kalimat, “Berarti ibuk menutup nutupi korupsi ya. Saya tidak tahu siapa namanya yang bilang begitu, dia duduk di sini (sebelah kanan) gemuk gemuk, hitam. Saya tidak kenal dia, tapi saya sering jumpa, tapi memang gayanya tidak sopan,” papar Kafrina.
Dan staf PPK, yang bernama Suherman turut di ruangan bersama Kafrina lantas keluar menuju lift, namun dia diikuti wartawan yang berbadan gempal. Karena merasa terganggu lantas dirinya memanggil security agar mengajak keduanya keluar.
“Sehabis itu saya tidak tahu, karena saya langsung ke lantai dua, menunaikan shalat. Yang saya dengar memang ada keributan di lantai dasar, terus katanya mereka berdua pergi ke kantor polisi membuat laporan pemukulan. Tidak ada pemukulan silahkan saja divisum,” jelas Kafrina.
Hal senada juga disampaikan Hendrianto, pegawai yang ada saat keributan terjadi. “Mereka mengucapkan kata kata kotor, bercarut-carut. Padahal waktu itu pimpinan sedang shalat di lantai dua. Makanya karena merasa terganggu kami turun ke bawah melihat apa yang terjadi,” sebutnya, Rabu (27/08/2014).
Sambung Hendrianto, setelah sempat keluar sebentar, wartawan yang memiliki badan gempal kemudian kembali, sambil berteriak, “Dia yang badannya gemuk itu bilang Pukullah saya, pukullah saya,” tiru Hendrianto. Akhirnya pegawai yang berada dekat situ terpancing amarahnya. Namun beruntung security berhasil mengamankan dan menggiringnya keluar. Sedangkan seorang lagi yang berbadan tinggi kurus, bukannya melerai malah merekam gambar dengan kameranya.
Hal itu dibenarkan Nanda, security yang berada di lokasi kejadian. “Kami memang ginikan (memiting) tapi tidak memukul. Saya membawanya keluar supaya tidak terjadi keributan. Dikatakan puluhan security menggebuki, kami saja yang bertugas di sini (Gedung Rektorat) tidak sampai segitu. Memang terjadi keributan tapi hanya dorong dorong,” jelasnya. (riki)