BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Bisnis properti, khususnya disektor perhotelan di Pekanbaru sangat Menjamur. Berbagai macam hotel terus berdiri dengan variasi penawaran kepada konsumen. Fenomena ini memicu persaingan tidak sehat di sisi harga tarif kamar hotel, bahkan sudah bisa disebut sebagai fenomena ‘Perang’ tarif kamar hotel.
Diakui Henni Rasmonowati selaku Director of Sales Hotel Grand Elite Pekanbaru kepada Bertuahpos.com, dengan banyaknya hotel di kota Bertuah ini juga berdampak kepada hotelnya dan mempengaruhi tingkat hunian. Pasalnya, harus berbagi tamu dengan hotel-hotel tersebut. “Tentu saja ada mempengaruhi tingkat hunian mas. Kita harus berbagi tamu dengan hotel-hotel tersebut,” katanya, kamis (30/03/2017).
Melihat kondisi seperti ini, sambung Henni, masing-masing hotel sepertinya memiliki trik atau strategi masing-masing untuk tetap memenangkan hati para pelanggannya. “Misalnya dengan service berkualitas dari level karyawan sampai level management,” ujarnya.
Untuk itu, Henni berharap kepada semua pihak terkait untuk bisa mendatangkan atau mengadakan event-event nasional ke Pekanbaru khususnya dan Riau pada umumnya. Sehingga dengan adanya banyak acara di Pekanbaru dan Riau, hotel-hotel akan merasakan efek dominonya dan naiknya tingkat occupancy.
“Kalau event banyak, akan menghindari perang harga sehingga hotel-hotel bisa menjual kamarnya sesuai dengan rating bintangnya,” harapnya.
Hal senada juga dirasakan Rima selaku Regional Sales Manager Red Planet Hotel Pekanbaru. Saat ditanyakan terkait dampak dari banyaknya hotel di Pekanbaru, Rima tidak membantah, hal tersebut juga mempengaruhi tingkat hunian hotelnya jika terjadi perang harga seperti saat ini.
“Inikan semacam kue yah, kalau kuenya satu dan banyak yang berebut kan masing-masing semakin sedikit dapatnya. Artinya karena banyak hotel, pengunjung berbagi ke banyak hotel. Apa lagi banyak hotel yang menawarkan harga murah. Nah kita berharap kepada stakeholder dan pemerintah agara kuenya banyak, sehingga banyak yang bisa dibagi,” ujarnya.
Dari pantauan bertuahpos dilapangan, untuk daerah seputaran Jalan Sudirman, Jalan Tengku Zainal Abidin, Jalan Gatot Subroto, dan Jalan Sisingamangaraja sendiri terdapat bermacam hotel mulai dari bintang dua, tiga dan empat dengan harga yang cukup terjangkau dan hanya berbeda sedikit sekitar Rp 30 sampai 60 ribu antara hotel bintang 3 dengan bintang 2.
Lebih lanjut, dikatakan Rima, yang diharapkan sekarang adalah bagaimana meningkatkan kunjungan wisatawan supaya hotel-hotel tingkat huniannya bisa terangkat. “Ada hotel yang berbintang dan tidak berbintang sehingga Menjamur hotel-hotel yang terjangkau oleh anak-anak sekolahan. Edukasinya tidak baik, semakin banyak hotel semakin banyak negatif yang muncul dari berbagai sisi.
“Pemerintah terlalu membebaskan, bukan tidak boleh, tapi kita liat juga. Kasih sesuatu yang mendatangkan orang. Orang daerah kabupaten lain hanya weekend datang ke Pekanbaru. Perusahaan juga banyak efisiensi budget.
Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Riau yang juga menjabat sebagai General Manager Hotel Furaya Ondi Sukmara MSc menyebutkan, saat ini tingkat okupansi hotel di Pekanbaru dibawah 60 persen. Dan seharusnya perizinan hotel baru diperbolehkan jika sudah mencapai 65-75 persen.
“Artinya, hotel akan bisa mencapai profit dan bisa menutup biaya operational jika mencapai okupansi 65 persen, jika tidak maka dijamin sangat berpotensi hotel tersebut akan tutup dalam waktu 3 atau 4 tahun. Hotel banyak, tapi marketnya tidak banyak atau tumbuh ya sama saja,†ujar Ondi Sukmara yang juga Ketua PHRI Riau.
Ia mejelaskan, berdasarkan laporan occupancy kamar di 24 hotel yang ada di Pekanbaru pada 31 Desember 2015 mencapai 53.17 persen atau dibawah BEP. Sedangkan laporan occupancy per 31 Desember 2016 mencapai 53.03 persen. Sampai 5 Maret 2017 ini, mencapai 56.29 persen. Nah, masih tetap dibawah BEP yang diharapkan.
Penulis: Hari Jummaulana