BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Pemerintah Provinsi Riau menyadari bahwa, meski ketersediaan bahan baku sawit di Riau melimpah, Riau tetap sulit menjadikan sawit sebagai komuditi andalan jika tidak ada hilirisasi yang tersedia.
Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman mengatakan, peristiwa anjloknya harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit pada pertengahan tahun lalu, membuktikan bahwa komuditi sawit di Riau tetap membuat masyarakat kewalahan menutupi ekonomi keluarga.
“Buktinya, akibat anjloknya harga sawit di Riau pada pertengahan tahun lalu, menyebabkan daya beli masyarakat turun. Selama hilirisasi belum ada, sulit juga sawit itu mau dijadikan sumber utama masyarakat,” katanya.
Namun, antisipasi yang bisa dilakukan Pemerintah Provinsi Riau sementara ini hanya mengimbau kepada masyarakat untuk bisa membuat alternatif cadangan lain, dengan membuka lahan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Artinya, masyarakat diminta untuk tidak selamanya mengandalkan sawit untuk menopang ekonomi keluarga.
“Kami berharap, dengan kejadian yang dialami tahun ini, karena harga sawit turun, masyarakat bisa belajar bahwa sawit tidak selamanya bisa diandalkan,” ujar Andi Rachman.
Dia menegaskan, dalam situasi Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) yang belum selesai, Pemerintah Provinsi Riau tetap kukuh untuk tidak membuka lagi luasan lahan sawit di Riau. Pemetaan sejumlah wilayah untuk lahan pangan akan kembali ditata ulang setelah RTRW Riau selesai.
Jikapun Pemerintah Riau, akan melakukan trasportasi dari konsumsi ke produksi, sementara hilirisasi Crude Palm Oil (CPO) di Riau tidak tersedia, tentunya hal itu dianggap kebijakan yang sia-sia.
Sebelumnya, upaya Pemerintah Riau menghimbau agar masyarakat mengambil inisiatif untuk tidak bergantung pada komuditi itu, agar ada transformasi lahan dari sawit ke tanaman pangan. Upaya ini dilakukan dalam rangka upaya mewujudkan ketahanan pangan di Riau.
Kepala Dinas Petanian dan Peternakan Provinsi Riau, A Patrianov menyebutkan kebutuhan pangan di Riau hanya mampu ditutupi sebesar 45 persen. Sisanya 55 persen lagi disuplai dari provinsi tetangga.
“Ketahanan pangan di Riau perlu segera dilakukan. Kita punya banyak daerah yang berpotensi untuk dijadikan sebagai cadangan pangan untuk Riau. Kami juga menyakini bahwa sawit tidak selamanya bisa jadi andalan masyarakat Riau,” sabungnya. (Melba)