BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau menduga ada oknum pedang sapi potong yang memanfaatkan momentum kebijakan pemerintah naikan pajak harga sapi impor sebesar 10 persen.
Kepala Dinas Perindustian dan Perdagangan (Disperindag) Riau, M Firdaus melihat kebijakan pemerintah itu dianggap momentum bagus bagi pedagang untuk meraup keuntungan besar dengan menaikkan harga sapi potong secara merata.
“Kami minta pedagang tetap transparan untuk menjelaskan kepada konsumen, yang mana sapi impor dan yang mana sapi lokal. Jangan dipukul rata semua,” katanya, Sabtu (23/01/2015).
Dia menyebutkan harusnya harga daging sapi lokal saat ini tidak ikut-ikutan naik seperti harga sapi impor. Namun demikian, ada saja oknum pedagang yang melihat bahwa kebijakan pemerintah menaikan pajak daging sapi impor itu, sebagai peluang mencari keuntungan.
Gejolak yang muncul dipasaran nantinya akan membuat masyarakat sadar sendiri, bahwa perbedaan harga daging sapi antara daging sapi lokal dan impor, akan sangat memberi pengaruh terhadap nilai tawar kepada konsumen. Kecenderungan saat ini, kata Firdaus, bahwa masyarakat akan memilih sapi dengan harga yang murah.
Upaya pemerintah menaikkan pajak sapi potong impor sebesar 10 persen itu dalam rangka memberi penguatan terhadap tingkat produksi sapi-sapi dalam negeri. Namun demikian, dia berharap, jika pengutanan terhadap harga sapi itu sudah berhasil dilakukan, maka pajak PPn untuk sapi impor akan kembali diturunkan.
Sebelumnya, jelang akhir pekan, harga daging sapi yang dijual pedagang di Kota Pekanbaru melejit. Dari normalnya Rp 100 ribu sampai Rp 110 ribu per kg, kini naik jadi Rp 120 per kg.
Hal ini sangat dikeluhkan pedagang, pasalnya kenaikan harga sapi otomatis membuat konsumen lari. Seperti yang disampaikan seorang pedagang di Pasar Cik Puan Pekanbaru, Rahmad kepada bertuahpos.com. “Jauh naik harganya sekarang, sudah Rp 120 per kilo,” katanya.
Dia menyebutkan para pedagang eceran di pasar itu mau tidak mau menyesuaikan harga. Pasalnya modal yang dikeluarkan lebih tinggi dari biasanya. Hal yang sama dituturkan Ando, pedagang Pasar Cik Puan. Dirinya menyebut untuk mengakali kerugian, pedagang terpaksa mengurangi pembelian daging. “Biasanya 100 kilo sekarang kita batasi, paling 50 kilo. Itu saja sudah susah menghabiskannya,” kata Ando.
Menurutnya, untuk sementara ini pembeli didominasi pemilik rumah makan ketimbang rumah tangga. “Kalau ibu rumah tangga sudah milih-milih. Yang masih tetap pelanggan pemilik kedai nasi, sama bakso,” katanya. (Melba)