BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Dari 135 orang anggota Eks Gafatar yang akan dipulangkan, ternyata asal Kota Pekanbaru lebih mendominasi jumlah. Yakni sebanyak 121 orang, dengan Kepala Keluarga (KK) 107 dan angota Eks Gafatar yang belum menikah (lajang) berjumlah 6 orang.
Anggota Eks Gafatar itu, saat ini masih berada di Jakarta dan akan segara dilakukan pemulangan. Kepala Dinas Sosial Provinsi Riau, Syarifuddin mengatakan bahwa pada umumnya, masyarakat Kota Pekanbaru yang menjadi Eks Gafatar itu adalah warga pendatang dan sudah menetap di Kota Pekanbaru selama 2 sampai 3 tahun.
“Dan mereka punya KTP Riau. Pekerjaan mereka sebelumnya adalah pertanian dan bedagang,” katanya, dihadapan Plt Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman saat melakukan rapat pemulangan anggota Eks Gafatar di Ruang Melati kantor Gubenur Riau,Rabu (03/02/2015).
Pemulangan ini awalnya sudah dibahas bersama Kementerian Sosial. Namun ternyata banyak juga dari anggota Eks Gafatar itu yang bukan asli masyarakat Riau. Hal itu dibuktikan dari keterangan indentitas di KTP. Maka hal inilah yang membuat pihak kementerian melimpahkan masalah pemulangan eks Gafatar itu dilimpahkan ke Pemerintah Provinsi Riau. “Ketika itu mereka memang tidak mau pulang ke Riau,” katanya.
Syarifuddin mengatakan bahwa persoalan yang perlu ditangani Pemerintah Provinsi Riau tidak hanya sebatas memulangkan anggota Eks Gafatar itu ke Riau. Namun demikian lankah untuk dilakukan pembinaan dan pengawasan harus menjadi fokus perhatian pemerintah.
Sejak awal Pemerintah Pusat sudah menyelesaikan tugasnya untuk memulangkan anggota Eks Gafatar itu dari Kalimantan. Sementara untuk pemulangan ke daerah masing-masing, dilimpahkan ke Pemerintah Riau.
Selanjutnya, setelah dilakukannya pemulangan sejulah anggota Eks Gafatar itu akan dilakukan pembinaan selama 3 hari provinsi, baru selanjutnya akan dipulangkan ke Kabupaten/Kota masing-masing.
Kata Syarifuddin, saat ini kondisi anggota Eks Gafatar yang masih berada di Jakarta, berada dalam kondisi labil. Sebagian basar dari mereka sudah memiliki pemahaman tentang aliran keagaman yang menyimpang, serta idiologi yang berbeda terhadap kebangsaan.
Selain itu, permasalah ekonomi, juga kuat menjadi latar belakang mengapa mereka memilih ikut dalam organisasi ini. “Sebenarnya mereka sangat ragu untuk kembali ke Riau. Kami sudah mendapatkan pernyataan itu langsung, dari salah satu anggota eks Gafatar di Jakarta,” katanya. (Melba)