BERTUAHPOS.COM (BPC), SIAK– Peresmian masjid terbesar nomor dua yang bernama  Masjid Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah di Kawasan Jalan Padat Karya Kampung Benteng Hilir Kecamatan Mempura, Sabtu (20/02/2016). Bupati Siak berbagi cerita pada masa silam yang dipimpin para Sultan.
Sebab melihat saat ini kondisi melayu islam khususnya di Siak masih gamang, ada sederet persoalan masyarakat melalu islam di Siak yang mesti mereka runut, agar dapat on the tracknya lagi.
Setidaknya, mendekati apa yang pernah terjadi pada masa silam aqidah menjadi rambu keseharian, masa suluh mengantar tetua dan yang muda menjejali langgar.
Sebab pada masa prosedur dan ketetapan akad pernikahan menjadi ritual yang sakral, serta masa ghatib beghanyut, khatam Qur’an, berzanji menjadi kebutuhan rutin. “Dulu orang tua sangat malu apabila anaknya tidak khatam Alqur’an saat akan menikah. Sekarang jadi beban moral kami,” ujar Syamsuar.
Keadaan yang tidak hanya terjadi di siak, tapi juga zajirah melayu yang ada di Riau. Banyak orang risau lantaran sudah kehilangan melayu islam di daerahnya. “Makanya sekarang, satu-satunya yang diharapkan adalah siak, siak bisa menjadi daerah melayu islam, harapan ini jugalah yang membuat kami kekeh melakukan banyak hal demi tegaknya syariah,” tuturnya.
Untuk itu Syamsuar mengajak semua masyarakat untuk menjadi lebih baik. “Caranya perpeganglah pada al Qur’an, hidupkan Tahfis dan majelis taklim,” pintanya.
Ia juga menambahkan untuk menghidupkan kembali tradisi islami masa silam. “Mari kita jadikan ini sebuah gerakan bersama, sebab tanpa andil masyarakat, semua tidak bisa berjalan,dan juga sebagai orang tua jadilah pelopor kebaikan dirumah tangga masing-masing,” katanya.
Di mana masjid juga menjadi tempat yang ampuh untuk menghadirkan ketenangan jiwa, mempererat silahturahim. “Kalau jiwa sudah tenang dan silahturahim berjalan, ini sudah jadi modal besar bagi kita untuk membangun negeri,”ucap Syamsuar meyakinkan.
Masjid Sultan Ismail yang diresmikan ini memiliki kapasitas 800 orang dengan ornamen benteng seluas 1015 meter persegi ini berdiri diatas lahan hasil wakaf masyarakat setempat seluas 5.200 meter persegi.
Dan terdapat empat qubah dibagian atas. Disisi depan, kanan, kiri dan tengah, terdapat kubah paling besar berdiameter sekitar 8 meter.
Dengan adanya pembangunan masjid disemua kecamatan dan bahkan dikampung, lelaki 61 tahun ini mengatakan hal ini adalah salah satu bagian dari kegemilangan melayu islam masa lalu, sebab di masjid banyak ilmu yang bisa dikorek, banyak obat mujarab yang bisa didapat. “Sejak lama masjid sudah menyodorkan manajemen keuangan yang transparan, bahkan setiap hari ada laporan keuangan,” sebutnya.
Selain itu khusus Majelis Taklim, bapak-bapak dan ibu-ibu tidak hanya menjadu bagian dari syiar itu, tapi menjadi corong pemerintah untuk menyampaikan kabar terbaru. “Peliharalah masjid, biar kita termasuk orang yang ikut membangun masjid di surga jannatunnaim,” pungkasnya.
Kepada sekolah-sekolah yang ada disiak, Syamsuar berharap supaya mengarahkan anak-anak untuk senang dengan sejarah keislaman masa silam. “Soal agama sekolah negeri jangan malu belajar ke ibtidaiyah,” tandasnya. (Ely/Rls)