BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU- Saat ini jumlah pengusaha di Indonesia terus bertambah. Bahkan pelaku usaha baik disektor mikro atau kecil dan menengah juga terus bertambah.
Hanya saja saat ini para pelaku usaha cenderung menjual produk atau jasanya dengan konsep tradisional. Maksudnya dagangan yang dijual hanya bersifat pangsa lokal dengan mengandalkan mulut ke mulut.
Hal itu disampaikan Ketua Himpunan Pengusaha Muda (HIPMI) Riau, Ahmi Septari saat berbincang dengan kru bertuahpos.com. “Sebagai contoh misalnya cafe atau tempat kuliner. Biasanya hanya mengandalkan enak saja, dengan anggapan pelanggan akan kembali lagi karena enak. Padahal selera orang bisa berubah-ubah,” sebut  CEO 16 perusahaan yang tergabung dalam Septa Group ini.
Bagi Ahmi cara tersebut tidak salah. Hanya saja cenderung akan dengan mudah dikalahkan oleh pelaku usaha dengan konsep kekuatan brand. “Brand image, itu yang sering dianggap remeh oleh para pengusaha. Padahal itu kekuatannya,” kata Ahmi.
Ahmi mencontohkan saat ini baliho-baliho yang berdiri kokoh di seantero Pekanbaru hanya diisi oleh merek-merek luar. Itu menunjukkan kesadaran pemilik usaha untuk menanamkan brand image kepada pangsa pasar masih kurang. “Sangat sedikit baliho yang dari usaha lokal. Belum lagi kita lihat di koran-koran, sangat sedikit yang menyadari kekuatan brand ini,” tuturnya, Minggu (24/01/2016).
Ahmi menyebutkan seperti produk franchise yang masuk di Pekanbaru, semuanya mengandalkan brand. “Konsumen kita unik. Mereka memiliki prinsip yang penting brand baru selanjutnya quality. Itu tidak bisa dipungkiri. Dan seharusnya hal ini juga dilakukan pelaku usaha di Pekanbaru,” sebutnya.
Hal itu pula yang membuat produk-produk berlabel besar cepat laku dan selalu ramai dikunjungi market di Riau. “Lihat saja seperti Starbuck, McDonald, CFC, dan sebagainya. Kebanyakan pengunjung datang ke sana mencari brand atau selera? Tentu Brandnya, gengsinya,” katanya.
Selain itu dijelaskannya lagi, dengan kekuatan brand unit usaha yang dikembangkan bisa mendapatkan income atau pendapatan tambahan. “Sebut saja starbuck atau Mc D itu sebagai usaha franchise, income yang didapat lebih besar ditopang dengan penjualan brand di samping produk,” jelasnya.
Bagi Ahmi untuk menjadi besar memang harus dibutuhkan cost yang tidak sedikit. Untuk itu dirinya menyarankan bagi pemilik usaha untuk tidak ragu memanfaatkan strategi marketting dengan memperkuat brand. “Kalau tidak ya Stagnan, tidak bisa tumbuh ke market yang lebih besar,” tuturnya. (Riki)