BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU– Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Pekanbaru hanya bisa pasrah terkait kabut asap. Sudah hampir tiga bulan meski tidak memiliki titik api Pekanbaru rela diasapi sampai membuat puluhan ribu orang terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Seperti yang disampaikan Kepala BLH Kota Pekanbaru, Zulfikri kepada bertuahpos.com. “Kita hanya bisa memberikan informasi ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara). Penanganan kewenangan Provinsi,” sebutnya, Selasa (20/10/2015).
Zulfikri menuturkan Pekanbaru merupakan korban dari wilayah yang menjadi sumber kebakaran lahan dan hutan (Karlahut). “Pengaruh angin, bertiup dari utara ke posisi Selatan. Karena Pekanbaru seperti kuali dikeliling bukit, sehingga asap terkepung. Kecuali di pantai ada angin yang bertiup,” katanya.
Melihat kondisi saat ini, Zulfikri menilai kabut asap di Pekanbaru tak akan sirna bila dari sumber apinya belum padam. “Walau hujan satu atau dua jam di Pekanbaru, asap memang berkurang. Tetapi tidak hilang, dan akan datang lagi. Karena sumbernya masih berasap,” sebutnya.
Salah satu cara agar Pekanbaru selamat dari kabut asap yakni turunnya hujan dipusat asap. “Diguyur hujan di sana, baru bisa hilang. Kalau tidak akan susah menanganinya,” katanya.
Dari rilis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru terpantau 825 hotspot atau titik panas muncul di Sumatera. Khusus di Riau ada 30 titik panas, Selasa (20/10/2015). Sebaran titik panas terbanyak di Sumsel dengan jumlah 654. Menyusul titik panas di Jambi 110 titik, Riau 30 titik, Lampung dua titik, Bangka Belitung 28 titik, Kepri satu titik.
Pantauan kru bertuahpos, Papan ISPU simpang Mal SKA menunjukkan kualitas udara berbahaya. Hal ini menyebabkan seluruh siswa diliburkan kembali, sebab khawatir kesehatan yang akan terganggu bila dipaksa untuk bersekolah. (Riki)