BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU,(BPC) – Anggota DPRD Riau Sofyan Siroj menyarankan kantor – kantor pemerintah yang memiliki air conditioner (AC) dijadikan posko penampungan. Selain ruangan ber-AC tentu juga ruangan tersebut mesti memiliki ventilasi udara yang baik.
“Sebagian besar masyarakat kita rumahnya tidak ber-AC dan langsung terbuka rumah-rumahnya. Jadi udara yang ada dirumah mereka seperti yang diluar. Dan ini sangat rentan sekali. Jadi ada baiknya memanfaatkan perkantoran pemerintah yang sangat bagus. Karena kondisinya sudah berbahaya,” ujar Sofyan Siroj kepada BertuahPos.com, Jumat (13/9/2019).
Menurutnya, hal itu diperlukan (ngungsi ke perkantoran) dan merupakan langkah penanganan jangka pendek dimana pro aktif pemerintah daerah serta pemerintah pusat sangat diperlukan. Sedangkan jangka panjang ialah digesanya kajian intensif atas persoalan yang terjadi berulang kali. Cari akar persoalan dan pihak – pihak yang bertanggung jawab. Selain itu, diperlukan pendekatan kebijakan anggaran, antisipasi, baik sebelum maupun sesudah.
Jadi sekarang, lanjut Sofyan Siroj anggota legislatif daerah pemilihan Kota Pekanbaru ini, membuka posko – posko penampungan dengan menggunakan fasilitas negara atau perkantoran pemerintah. Prioritaskan kaum ibu – ibu yang sudah lansi, hamil dan anak – anak. Alumni Al Azhar Cairo ini juga meminta perusahaan – perusahaan yang ada di Riau pro aktif dan meningkatkan partisipasi kepeduliannya.
Â
“Kita semua harus bergerak cepat dalam menangani bencana kabut asap yang terjadi, kondisi saat ini sudah pada level berbahaya bagi masyarakat yang terdampak. Pemerintah harus memberikan langkah kongkrit, begitu juga dengan berbagai perusahaan yang ada di Riau. Karena ini bukan saja berdampak pada kesehatan masyarakat tetapi semua sektor akan dirugikan dengan nilai yang sangat besar,” sebut Sofyan Siroj.
Disinggung posko yang dibuka PKS, Sofyan Siroj membenarkan hal itu. Ia menyebutkan posko pengungsian tesebut akan diprioritaskan bagi lansia, balita dan ibu hamil. Kedua, posko pelayanan kesehatan yang dibuka untuk umum. Meski dalam dua hal yang terpisah, tatapi tetap dalam rangka penanganan korban terpapar penyakit akibat kabut asap.
“Pemerintah daerah, pemerintah pusat, perusahaan – perusahaan, harus mengoptimalkan semua potensi yang ada. Jangan sampai korban bertambah. Begitu juga unsur lainnya termasuk partai – partai, organisasi dan semuanya, perbanyak posko yang representative. Perkantoran salah satunya,” terang Sofyan Siroj.
Seperti diketahui, jarak pandang pagi ini di Kota Pekanbaru hanya 300 meter. Penurunan jarak pandang ini akibat kabut asap dari sisa kebakaran hutan dan lahan yang terhadi Riau dan beberapa provinsi lainnya di Sumatera.
Data ini berdasarkan laporan yang dirilis oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Jumat, 13 September 2019. “Potensi penurunan jarak pandang itu akibat kekaburan udara karena asap dan haze,” ungkap Kasi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru, Marzuki.
Kondisi yang sama juga terjadi di Kota Rengat Inhu, dimana jarak pandang hanya sekitar 300 meter. Di Pelalawan justru jarak pandang lebih pendek yakni sekitar 200 meter. Sedangkan di Dumai 400 meter. Secara keseluruhan jarak pandang ini terganggu akibat asap.
Dia menjelaskan, titik panas (hotspot) di Riau hari ini terpantau sebanyak 239 titik dari 1319 hotspot yang muncul di Sumatera dengan tingkat kepercayaan >50%. Sedangkan 239 hotspot itu tersebar disembilan daerah di Provinsi Riau.
“Terbanyak hotspot disumbangkan oleh Sumsel dan Jambi dengan masing-masing jumlah 537 dan 440 titik panas di derah itu,” ungkapnya. (bpc1/bpc3).