CEO MAS Ahmad Jauhari Yahya mengatakan tetap percaya terhadap kemampuan dan keandalan pesawat Boeing 777-200. Ia menambahkan, Departemen Perhubungan Malaysia juga masih mengizinkan MAS mengoperasikan pesawat-pesawatnya tersebut.
Pengamat penerbangan mengatakan, karena MAS belum berhasil menemukan puing pesawat atau kotak hitam (black box) yang merekam kegiatan pesawat, maka belum bisa ditentukan apa yang menjadi kesalahan dalam penerbangan atau pesawat tersebut.
“Jika nanti memang ada cacat desain, suku cadang rusak, atau komponen lain yang gagal berfungsi di pesawat itu maka pesawat dengan model yang sama akan dihentikan operasinya sampai dibetulkan,” kata Andrew Herdman, Direktur Jenderal Association of Asia Pacific Airlines (AAPA) seperti dikutip CNBC, Senin (9/3/2014).
Sebagai produsen pesawat yang mengalami insiden itu, Boeing sudah mengirim tim teknis untuk membantu pemerintah Malaysia melakukan penyelidikan. Herdman menambahkan, secara struktur keselamatan dan integritas, pesawat tersebut bisa diandalkan.
“Untuk tipenya sendiri tidak diragukan lagi. Pesawat 777 adalah pesawat yang tahan banting. Mereka dipakai di seluruh dunia, punya catatan keselamatan yang baik, dan bisa diandalkan. Kita melihat sesuatu yang unik di sini, sesuatu yang sangat aneh yang menyebabkan penerbangan tidak berjalan lancar,” ujarnya.
Pencarian pesawat yang sudah hilang kontak sejak Sabtu pagi itu sekarang sudah memasuki hari ketiga dan melibatkan enam negara.
Kejadian ini bermula Sabtu dini hari saat sebuah pesawat Boeing 777-200 milik Malaysia Airlines hilang kontak dalam perjalanan menuju Beijing, China. Total ada 227 penumpang yang berada dalam pesawat tersebut, termasuk warga negara Indonesia. Maskapai ini memang tengah mengalami kondisi berat.
Pada tahun lalu, Malaysia Airlines mengalami kerugian yang cukup besar, yaitu 1,17 miliar ringgit, atau sekitar Rp 3,5 triliun. Pelamahan nilai tukar ringgit terhadap dolar, serta mahalnya bahan bakar menjadi penyebab kerugian maskapai nasional Malaysia ini. (dtf)