BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Desember 2004, Maden bergegas turun ke sawah sambil memikul alat garapan, di belakangnya. Sementara itu seorang wanita paruh baya menggendong bocah berusia dua tahun dalam dekapannya. Pasangan suami istri ini rencananya akan mampir ke tempat orang tua mereka, untuk menitipkan bayi mereka, sebelum turun ke sawah.
Setibanya di rumah sang kakek, bayi itu tertidur pulas dalam ayunan. Selang beberapa jam, tepatnya sekitar pukul 07.58 WIB, daratan Aceh berguncang hebat. Gempa dengan kekuatan 9,5 skala richter (SR) membuat panik masyarakat.
Goncangan yang berlangsung selama 10 menit itu seketika meluluh-lantahkan Serambi Mekah. Ombak menggulung. Laut seketika menumpahkan tsunami, dan menggulung habis bangunan-bangunan megah di daratan itu.
Untung saja, sang kakek dan bayi dalam ayunan tadi, berhasil selamat dari maut. Bencana besar yang sempat menyedot perhatian dunia ini menelan korban tak kurang dari 105.262 jiwa. Data yang pernah dirilis Departemen Sosial RI, pada 11 Januari 2014, menyebutkan, 100.00 korban berasal dari Provinsi Aceh.
Kini, 20 tahun kemudian. Seorang bocah berkulit gelap tersipu duduk di sebuah sofa, di sebuah ruangan kantor. Dia megenakan baju kuning terang. Kedua tangannya hanya bersembunyi di balik jepitan paha.
“Dia memang pendiam,” ujar Nasri, ketua Panti Asuhan Baiturrahmah, yang terletak di KM 17 Rimbo Pajang, Kabupaten Kampar.
Bocah pendiam itu bernama Ilham. Mengingat peritiwa 10 tahun yang silam bukan perkara mudah baginya. Dia bahkan tidak ingat sama sekali dengan bencana besar, yang pernah melanda kampung halamannya. Apalagi untuk mengingat wajah kedua orang tuanya. Kepada bertuahpos.com, pasca tsunami Aceh, Tim SAR tidak pernah menemukan mayat kedua orang tuanya, Ida dan Maden.
Hal yang terasa menyedihkan bagi Ilham, bahwa dia tidak pernah menyimpan foto kedua orang tuanya. Dia lebih banyak menggelengkan kepala saat disuruh mengingat wajah sang ibu. Setelah bencana besar itu, sang kakek sempat berusaha mencari foto orang tuanya dibalik tumpukan puing-puin, namun hasilnya nihil. Rumah-rumah penduduk yang ada dikampungnya hancur. Begitu juga dengan rumah Ilham dan kakeknya.
Sejak saat itu Ilham yatim piatu. Dia diasuh oleh kakeknya di tempat pengungsian. Saat beranjak ke usia delapan tahun, kakeknya mengubungi Nasir. Rencanya akan menitipkan Ilham di Panti Asuhan Baiturrahmah. Setelah berpisah dari kedua orang tuanya, kini Ilham juga harus berpisah dari kakeknya.
Di Panti Asuhan Baiturrahmah inilah, Ilham bersama 25 orang anak korban bencana stunami lainnya tinggal, dan hidup sealakadarnya. Sekarang bocah ini tidak cengeng lagi. Sebelumnya ada juga yang menanyakan hal sama kepadanya. Kelopak matanya seringkali berair menahan sedih. “Tapi sekarang sudah enggak, bang. Senang saya tinggal disini,” ujarnya dengan suara agak parau.
Bocah yang hobi menjadi kiper jika main bola ini biasanya pulang ke Aceh saat lebaran Idul Fitri saja, untuk mengunjungi sang kakek. Namun suasana berbeda kembali terasa, saat pulang lebaran kemarin. Sang kakek yang dulu menyelamatkannya dari stunami, kini sudah meninggal. Namun, dirinya tetap tak ingin larut dalam kesedihan.
Di panti asuhan, Ilham banyak dapat pelajaran berharga tentang kesabaran hidup. Dia sudah mengerti habwa masih banyak anak-anak lain yang lebih malang nasibnya.
“Pulang kampung kemaren cuma ketemu sama ayah tiri,” katanya.
Awalnya, dia memang sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Bahkan sebagian besar teman-temannya menilai bahwa pribadi Ilham sangat pendiam dan tertup. “Sifat Ilham memang sulit ditebak. Apalagi bagi orang yang baru kenal,” ujar Nasir.
Seperti anak-anak lain, juga senang bermain hingga lupa waktu. Bahkan dia sempat dua kali tidak naik kelas. Bocah yang bercita-cita ingin jadi pilot ini, masih duduk di kelas 4 di bangku sekolah dasar.
Sepuluh tahun sudah, Ilham tidak pernah melihat wajah kedua orang tuanya lagi. Namun semangat hidupnya perlu dicontoh. Ia memilih untuk tidak lagi larut dalam kesedihan itu. Menikmati hidup apa adanya, tanpa beban fikiran tentu lebih menyenangkan. “Yang penting bahagia aja, Bang,” sambungnya. (melba)