BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Sejak di tetapkannya batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 lalu, pakaian ini wajib di kenakan oleh setiap instansi di hari-hari tertentu.
Â
Khusus area Pekanbaru batik Riau yang sudah ada sejak masa kerajaan melayu tempo dulu kembali mendapat tempat di hati masyarakat yang saat ini lebih dikenal dengan batik Tabir.
Â
Namun, pada kenyataannya untuk membuat sehelai bahan kain bermotif batik Riau ternyata tidak mudah, karena Riau tak memilki pabrik tekstil sendiri. Yuli, Pegawai Dekranasda Provinsi Riau mengaku, sangat kesulitan menemukan bahan baku seperti pewarna kain dan pengrajin yang memiliki kemauan untuk membatik.
Â
“Karena di Riau pabrik tekstil tidak ada, semua bahan kita pesan dari Jawa, sulitnya, di awal pesan bahannya sesuai permintaan, tapi sudah beberapa kali pesan, pewarna yang diminta makin tidak sesuai, sampai-sampai sudah bosan rasanya untuk komplain terus” keluh Yuli Selasa (30/6/2015)
Â
Sementara, menurut pantauan bertuahpos.com, dibeberapa toko tekstil diPekanbaru, pedagang mengakui bahwa batik Riau yang meraka jual bukan buatan Perajin Riau, kebanyakan Batik Riau diproduksi di pulau jawa.
Â
“Bisanya kita kasih gambar aja ke pengerajin di jawa, dari motif sampai warnanya, kita pesan sampai ber Bal-bal ke mereka, soalnya lebih murah dibandingkan kita pakai tenaga disini, lagi pula bahan baku semua ada di Jawa” ujar Nia pedagang tekstil dipertokoan Ramayana.
Â
Lalu, pertanyaannya apa yang di sisakan untuk perajin batik Riau, walaupun sebagian masyarakat Riau menganggap batik ini adalah batik yang norak namun, bagi tamu asing dan wisatawan, batik Riau adalah oleh-oleh yang layak dikoleksi, dengan potensi yang begitu besar batik riau masih jadi tamu di rumah sendiri (nova)