BERTUAHPOS.COM (BPC)- Hampir setiap manusia modern sangat sulit lepas dari ponsel. Sebuah penelitian memperlihatkan, jika manusia modern ini dikelompokkan lagi berdasarkan gender, pria lebih sulit jauh dari ponsel ketimbang wanita.
“Wanita mampu menunggu dua kali lebih lama untuk menyentuh smartphone mereka, tetapi tidak satu pria pun yang bisa bertahan lebih dari satu menit untuk tidak menyentuh smartphone,” demikian laporan Kaspersky Lab yang diterima detikINET, Minggu (10/7/2016).
Kaspersky Lab bekerjasama dengan Universities of Würzburg dan Nottingham Trent menguji sejumlah partisipan dalam penelitian ini. Mereka diminta berada di ruang tunggu sendirian.
Mereka rata-rata hanya bisa bertahan selama 44 detik sebelum menyentuh smartphone mereka. Pria, bahkan tidak mampu bertahan lebih dari setengah waktu ini, rata-rata hanya mampu menunggu selama 21 detik saja. Dibandingkan dengan wanita, mereka mampu menunggu selama 57 detik.
Untuk mempelajari lebih dalam lagi mengenai kedekatan pengguna terhadap perangkat digitalnya, setelah sepuluh menit mereka ditanya berapa lama kira-kira waktu yang dibutuhkan sebelum mereka mengecek smartphone.
Kebanyakan dari peserta mengatakan antara dua dan tiga menit. Hal ini menunjukkan adanya sebuah perbedaan yang jelas antara persepsi dan perilaku aktual.
Mengomentari temuan ini, Jens Binder dari University of Nottingham Trent mengatakan, pada kenyataannya kita terikat jauh lebih dalam lagi pada smartphone, dibandingkan yang kita sadari.
“Telah menjadi sifat kedua kita untuk beralih ke smartphone ketika ditinggal sendirian bersama perangkat digital tersebut. Kita tidak bisa lagi hanya menunggu. Kecepatan informasi dan interaksi yang disampaikan melalui perangkat digital ini membuatnya lebih dari sekedar teknologi semata, tetapi sudah seperti pendamping digital dan koneksi bagi kita ke dunia luar,” sebutnya.
Kedua universitas juga melakukan penelitian tambahan yang menunjukkan bahwa dorongan untuk memeriksa smartphone adalah akibat dari rasa takut ketinggalan berita menarik di internet dan jejaring sosial, atau takut tidak eksis alias fear of missing out (FoMo).
Bahkan dalam survei yang menyertai penelitian ini, para peserta yang lebih sering menggunakan smartphone mengakui bahwa mereka memiliki tingkat FoMo yang lebih tinggi.
“Semakin sering peserta menggunakan smartphone, maka semakin mereka merasa takut ketinggalan berita menarik di internet dan jejaring sosial ketika tidak mengakses perangkat digital tersebut,” ujar Astrid Carolus dari University of Wurzburg.
Ditambahkannya, sulit mengatakan mana diantara keduanya yang menyebabkan hal tersebut. Apakah kita menggunakan smartphone lebih sering karena takut ketinggalan berita menarik di internet dan jejaring sosial, takut tidak eksis, atau apakah karena terlalu seringnya kita menggunakan smartphone sehingga memunculkan perasaan khawatir tersebut.
Penelitian ini juga menemukan, semakin sering menggunakan smartphone bisa mengakibatkan stres. Yang mengejutkan, saat peserta ditanya mengenai tingkat kebahagiaan secara keseluruhan, tidak ditemukan perbedaan antara pengguna yang sering dan jarang menggunakan smartphone. Jadi, stres yang disebabkan oleh penggunaan smartphone tampaknya tidak memiliki pengaruh besar pada kesejahteraan pengguna secara umum.
Selama waktu tunggu 10 menit, rata-rata peserta menggunakan smartphone mereka selama hampir setengah dari waktu tersebut (lima menit).
Kaspersky Lab juga menemukan bahwa saat ini kita sangat bergantung pada perangkat mobile sebagai perpanjangan dari otak kita. Orang bahkan banyak yang menggunakannya sebagai alat sehingga tak perlu mengingat fakta lagi.
Mayoritas peserta, misalnya, saat ini tidak bisa mengingat nomor telepon pasangan mereka, tetapi masih bisa mengingat nomer telepon rumah ketika mereka berumur sepuluh tahun.
“Smartphone merupakan bagian integral dari kehidupan kita saat ini, tetapi kita juga harus ingat bahwa masih banyak orang yang memandang perangkat digital ini secara cuma-cuma,” kata Senior Security Researcher Kaspersky Lab David Emm.
Emm mengatakan, memiliki smartphone di mana saja dan sepanjang waktu sering membuat kita lupa betapa berharganya perangkat ini. Karen banyak kenangan pribadi dan data-data lain yang mereka simpan di smartphone.
“Perangkat digital ini tidak hanya berharga dan penting bagi kita, tetapi juga bagi penjahat. Jika informasi pribadi kita berhasil didapat dengan cara apapun, baik itu melalui pencurian atau serangan malware, maka kita berisiko kehilangan koneksi dengan teman-teman dan sumber-sumber informasi,” sebutnya.