BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Alih-alih ingin mengajukan program magang di SMA 3 Kota Pekanbaru, Juswandi, seorang dosen pembimbing magang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning malah diminta bayaran oleh Kepala Sekolah SMA 3 Kota Pekanbaru.
Â
Menurut pemaparan Juswandi kepada bertuahpos, pertemuannya dengan Kepala Sekolah SMA 3 Pekanbaru itu berlangsung sekitar pukul 15.00 WIB di sekolah itu pada hari Kamis(6/8/2015) lalu. Dia bermaksud untuk meminta izin secara langsung kepada pihak sekolah, dan menitipkan dua mahasiswanya untuk menjalahkan proses magang.
Â
“Biar sama-sama enak, Kasihlah honor magangnya, Pak,” kata Juswandi menirukan ucapan Kepala Sekolah SMA 3 Pekanbaru, Ermi Wati. “Sebab kalau tidak, guru pamongnya mengira saya yang makan uang itu sendiri,” sambungnya.
Â
Juswandi sering mengantar mahasiswanya untuk magang di sekolah itu. Tapi dia tidak pernah tahu bahwa guru pamong ada honornya, dan ditanggung oleh universitas bersangkutan yang akan menjalankan program magang. “Kalau memang kebijakannya seperti itu saya bicarakan ke atasan dulu,” jawab Juswandi.
Â
Namun, Ermi tidak menyebutkan berapa jumlah uang yang diminta. Selain meminta honor, dia juga minta sertifikat dari pihak kampus sebagai bukti penghargaan kepada pamong.Â
Â
Usai perbincangan, Juswandi sempat membicarakan masalah itu dengan guru pamongnya. Dia menanyakan langsung berapa jumlah uang untuk membayar honor magang. “Nanti saya tanya kepala sekolahnya, Pak,” kata Juswandi menirukan ucapan guru pamong itu.
Â
Sementara itu saat dikonfirmasi ke SMA 3 Pekanbaru, Ermi Wati sedang tidak berada ditempat. Ruangannya terlihat kosong. Guru-guru yang berada di tempat enggan menanggapi hal tersebut dan meminta langsung mengkonfirmasi ke Ermi Wati. Menurut salah seorang guru di sekolah itu, saat pagi Ermi Wati, biasanya masuk di SMP 6 Pekanbaru.Â
Â
Namun lagi-lagi Kepala Sekolah SMA 3 Pekabaru itu tidak berada di Ruangannya saat bertuahpos mendatangi SMP 6 Pekanbaru. “Kalau pagi tidak pernah dia kesini,” ujar salah seorang staf di SMP 6 Pekanbaru. “Kalau nomor kontak kami tak punya,” sambungnya ketika diminta nomor yang dapat dihubungi.
Â
Persoalan itu, akhirnya dilaporkan Juswandi kepada pimpinan Fakultas Ilmu Budaya. Setelah dibahas satu meja, pihak fakultas mengambil kebijakan untuk menarik kembali mahasiswa dari SMA3 Pekanbaru. “Mahasiswa saya mengaku sudah tidak nyaman di sekolah itu. Mereka dicuekin,” sambungnya. (Melba)