BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Osaki, seorang profesor peneliti gambut dari Universitas Hokaido Jepang memberikan tanggapan tentang kondisi gambut yang ada di Riau. Sebelum ini, dia sudah punya pengalaman 20 tahun melakukan penelitian gambut di Provinsi Kalimatan, Indonesia.
Di Riau, kata dia, berbicara tentang perlindungan gambut akan menjadi perbincangan yang lebih mudah. Tapi kalau mendiskusikan soal restorasi gambut, menurut dia akan sedikit repot karena harus melibatkan masyarakat untuk pengembangan perekonomian.
“Bicara soal restorasi memang agak sedikit repot, karena ada banyak keterlibatan hal yang lain di sekitarnya. Merestorasi gambut memang butuh waktu lama, sebab proyek ini adalah langkah perbaikan. Makanya bicara soal gambut jauh lebih mudah ketimbang diskusi soal restorasi gambut,” kata dia, Selasa (31/05/2016).
Dia menambahkan, untuk melakukan sebuah kerja restorasi lahan gambut, berdasarkan pengalaman penelitiannya di Pulau Kalimantan, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, dan membutuhkan waktu lama.
Kata Osaki, diantara tahapan itu, harus melakukan pembasahan terus untuk membasahi lahan gambut yang sudah kering. Ada banyak langkah memang yang bisa dilakukan untuk melakukan pembasahan itu.
Selanjutnya, dilakukan proses penghutanan kembali lahan itu. Langkah yang bisa dilakukan bisa dengan tahapan cepat dan lambat. Kalau tahapan cepat, harus dilakukan penaman langsung terhadap tumbuh-tumbuhan hutan asalnya. Misalnya, katu meranti, ramin, punak, pulai, kempas dan masih banyak jenis tanaman hutan kayu lainnya yang bisa dilakukan.
Namun demikian, upaya lain yang bisa dilakukan dengan terus mengawasi lahan itu agar tidak kembali rusak. Sehingga tumbuhan asli di lahan gambut itu hidup kembali. Kedua tahapan ini menurut Osaki bisa dilakukan di Riau.
“Selanjutnya harus dilakukan pencegahan dari kebakaran hutan dan lahan. Barulah dilakukan monitoring, pelaporan, dan tahapan evaluasi untuk melihat hasil perkembangannya,” kata Osaki.
Dia juga menyebutkan, sudah ada rencana MoU kerjasama antara universitas di Jepang untuk melakukan penelitian di wilayah ini. Langkah itu dilakukan dalam rangka mendukung upaya Badan Restoasi Gambut (BRG) untuk mengembalikan fungsi gambut.
“Kami akan bantu BRG untuk mengumpulkan informasi. Terutama terhadap pengembangan langkah kerja yang empat tadi,” sambungnya.
Rencana kerjasama bilateral antara Indonesia dengan Jepang tentang mekanisme pendanaan karbon, termasuk melakukan kerjasama untuk melakukan penanganan gambut yang berkelanjutan.
Penulis: Melba