BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Pedagang di Pekanbaru mulai mengeluhkan rencana pemerintahan menaikkan biaya iuran BPJS Kesehatan. Kebijakan itu dianggap tidak relevan dengan kondisi ekonomi masyarat saat ini.
“(Iuran) BPJS naik, sementara jual beli sedikit, gimana bisa nutup kebutuhan,” keluh Khairul, seorang pedagang barang pecah belah di Pasar Bawah, Pekanbaru, Rabu, 28 Agustus 2019.
Dia mengatakan, pemerintah seharusnya lebih fokus pada upaya peningkatan perekonomian masyarakat. Di tengah ekonomi yang serba lesu, naiknya iuran BPJS diyakini akan sangat memberatkan bagi dia dan kluarga.
Hal senada juga diutarakan oleh Ridwan, pedagang barang harian di kawasan Sukajadi, Pekanbaru. Kepada bertuahpos.com dia mengeluh bahwa beban kebutuhan keluarga dalam kurun waktu dua tahun belakangan meningkat.
“Anak masuk sekolah, cicilan rumah harus dibayar. Kalau pedagang barang harian seperti saya ini tahu sendiri lah kan. BPJS (iuran) naik. Saya di rumah ini menanggung empat kepala untuk bayar BPJS (termasuk dirinya),” kata Rindwan.
Baca :Â Kenaikan Iuran BPJS Efektif Januari 2020, untuk PBI Agustus Ini
Untuk diketahui, besaran iuran untuk peserta non PBI atau peserta mandiri, kelas 2 diusulkan naik menjadi Rp120.000 dan kelas 1 menjadi Rp160.000. Jumlah itu lebih besar dari usulan DJSN yang merekomendasikan besaran tarif iuran kelas 2 Rp75.000 dan kelas 1 Rp120.000.Â
Sri Mulyani menjelaskan, opsi penaikan iuran diambil karena ada estimasi defisit BPJS Kesehatan sebesar Rp32,8 tiliun pada 2019. Perkiraan itu lebih besar daripada prediksi awal yang disampaikan BPJS Kesehatan dalam rencana kerja anggaran awal sebesar Rp28,3 triliun.
Penyesuaian tarif iuran JKN dilakukan demi keberlanjutan program tersebut. Selain itu juga pemerintah mempertimbangkan agar rumah sakit mitra BPJS Kesehatan sebagai penyedia layanan kesehatan dan ketersediaan farmasi tetap bisa berjalan tanpa kendala tunggakan.
“Apabila jumlah iuran tetap sama, jumlah peserta seperti yang ditargetkan, proyeksi manfaat rawat inap dan rawat jalan seperti yang dihitung defisit akan menjadi Rp32,8 triliun,” pungkasnya. (bpc3)