BERTUAHPOS.COM (BPC), JAKARTAÂ – Fenomena mudik jelang Lebaran adalah sesuatu yang sudah melekat sejak bertahun-tahun lalu dan tak mungkin ditinggalkan. Meski kerap harus merasakan horornya kemacetan, kerap bertaruh nyawa di jalan raya, bagi masyarakat mudik adalah sesuatu yang wajib. Dan seiring berkembangnya zaman, mudik menjadi gaya hidup.
Lihat saja, di media sosial. Betapa orang-orang dengan bangga bercerita mengenai perjalanannya selama mudik. Berfoto di kemacetan atau juga membuat video. Belum lagi sampai di kampung halaman, kegembiraan semakin diungkapkan, mulai dari berkumpul bersama keluarga, sungkeman, kemudian mencicipi makanan di kampung, dan berwisata ke aneka lokasi. Tambah lagi foto-foto indahnya kampung.
Beberapa tahun ini fenomena bangga mudik dengan aneka foto dan video seperti menjadi trend. Ada eksistensi sebagai perantau ketika mudik, kembali ke kampung dan mengungkapkannya. Rindu kampung, tanah kelahiran.
Sosiolog dari Universitas Indonesia Paulus Wirutomo mengamati fenomena mudik yang sudah menjadi gaya hidup ini.Â
“Semua ingin pergi keluar dengan berbagai macam motivasi. Ada yang sekadar ingin berkumpul dengan sanak keluarga, ada juga yang hanya ingin berpariwisata,” papar Paulus Minggu (10/7/2016) pagi.
Jadi menurut Paulus, meski horor kemacetan atau masalah-masalah lainnya yang bakal dihadapi saat melakukan perjalanan mudik tidak menjadi soal. Paulus menambahkan, yang terpenting justru pemerintah yang harus lebih mempersiapkan fasilitas yang semakin baik agar pemudik bisa nyaman dalam perjalanan ke kampung halaman,
“Pemerintah harus mengantisipasi ini sebagai gaya hidup. Harus komprehensif dan harus memenuhi permintaan rakyat,” tutup dia.
Satu hal lagi, menurut analisa Paulus, lebaran menjadi waktu yang paling cocok bagi masyarakat Indonesia untuk menikmati liburan. Ia kemudian menjelaskan, dalam kesempatan libur panjang seperti saat cuti bersama atau kenaikan kelas, waktu libur orang tua dan anak tidak pernah cocok.
“Orang indonesia sudah mempunyai kemampuan ekonomi yang setidaknya lebih baik. Selain itu, sistem libur juga salah, anak libur orang tua enggak libur begitu sebaliknya,” jelasnya.
“Mereka keluarga ingin pergi bersama keluarga tapi waktunya enggak pernah cocok, kecuali Lebaran,” sambung dia.
Sumber : detikcom