BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU– Masyarakat Pekanbaru diminta untuk senantiasa waspada terhadap beredarnya daging sapi tidak Sehat di Pekanbaru. Sebab momen Ramadan biasanya tingkat konsumtif masyarakat yang tinggi bisa menjadi celah oknum, untuk menjual daging dari hewan tidak sehat.
Seperti yang disampaikan drh Tito Reza MSi pemilik Klinik Hewan Pekanbaru kepada kru bertuahpos.com. “Jangan segan untuk menanyakan surat kesehatan kepada penjual tentang asal daging dan surat kesehatan yang dikeluarkan rumah potong hewan (RPH),†sebutnya, Sabtu (28/05/2016).
Tito yang juga menjabat sebagai penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) di Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Pekanbaru mengatakan, hal itu penting mengingat ada banyak pintu masuk daging-daging dari luar daerah. Kalau sapi atau kerbau yang dipotong lewat RPH Pekanbaru pasti akan melewati proses pemeriksaan kesehatan. Sehingga daging sapi dijamin tidak terinfeksi penyakit seperti antraks yang sangat membahayakan tubuh manusia.
Agar masyarakat terhindar dari membeli daging busuk maka pastikan membeli daging dari penjual atau supplier daging yang mempunyai izin halal. “Pilihlah pedagang yang menjual daging dengan cara digantung. Belilah daging pada akhir berbelanja dan tidak membeli pada pedagang yang lingkungan, peralatan, dan orangnya kotor,†kata mantan Kepala UPT RPH Pekanbaru ini.
Selain itu yang tidak kalah penting, konsumen diminta jangan gampang tergiur dengan Harga daging yang murah. Saat ini harga daging sapi di Pekanbaru berkisar Rp 110 ribu hingga Rp 120 ribu per kilogram. “Jika terlalu murah sebaiknya jangan dibeli. Beli lah daging sesuai harga pasarannya,†himbau Tito.
Selanjutnya pilihlah warna daging yang masih merah karena daging yang tidak sehat biasanya warna hitam kebiru-biruan. “Dari aroma dan tekstur daging bisa kita membedakannya,†sebutnya.
Tentang siasat pedagang mencampur daging sapi dengan celeng atau babi, Tito menyebutkan belum menemukan yang seperti itu. Lagi pula untuk membedakan daging celeng dengan daging sapi atau kerbau sangat sulit.
“Cara masyarakat membedakannya kalau hanya dengan organoleptik atau dengan kasat mata sangat susah membedakannya. Karena setelah sampai dipedagangkan penjual biasanya sudah mencampur. Caranya lebih pasti kita harus melakukan pemeriksaan laboratorium dengan mengambil sampel yang ada,†ujarnya.
Penulis: Riki