perbuah. Kalau sekarang untuk ukuran yang sama dijual dengan harga Rp 8 ribu,” paparnya.
Menurutnya ketidakstabilan harga dipicu oleh pasokan yang mulai berkurang akibat musim kemarau. Karena saat kemarau, buah yang biasa disayur bersama santan ini jadi lambat berkembang.”Selama musim kemarau, buahnya jadi kecil-kecil lambat besar, kadang masih kecil sudah dipetik,” jelasnya.
Dalam sehari, Supandi bisa menjual sebanyak 60 sampai 100 buah. Tapi sekarang hanya bisa menjual maksimal 25 biji. Ia pun tidak bisa menaikkan harga tinggi-tinggi karena khawatir tidak ada yang membeli.
Rio pedagang di pasar tersebut juga menuturkan hal serupa. Dari segi omset nangka yang dijualnya jauh berkurang. “Bukan soal harganya saja yang naik, kabut asap juga buat orang malas ke luar rumah untuk pergi ke pasar tambahnya.
Selain itu, biasanya pasokan Nangka dari Payakumbuh, Sumatera Barat (Sumbar) bisa jadi alternatif pembelian bila nangka di Pekanbaru langka. “Tapi sekarang ngak sanggup belinya. Biayanya mahal, sehingga harus keluar modal lebih banyak,” keluhnya.
Namun ia beruntung nangka bukan jenis komoditi yang gampang busuk. “Kalau ngak laku hari ini, masih bisa di jual hari besok, jadi tidak khawatir merugi karena busuk,” tutupnya.(riki)