BERTUAHPOS. COM (BPC), SIAK – Keluhan modal dan pemasaran yang sulit, adalah sekian kendala yang dialami oleh pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Riau.
Kendala tersebut dialami oleh warga Kampung Seminai, Kecamatan Kerinci Kanan, Kabupaten Siak yang mengolah jahe menjadi makanan atau minuman.
Bahkan, hasil olahan jahe milik warga Kampung Seminai itu, masih dikonsumsi oleh warga sekitar dan belum banyak diproduksi. Padahal hasil olahan yang dibuat oleh mereka cukup banyak, mulai dari  seperti wedang jahe, keripik, keripik singkong dan tingting jahe.
Berdasarkan keterangan Camat Kerinci Kanan Zainal Abidin, tidak hanya kesulitan modal, pengurusan izin untuk lebel halal menjadi kendala untuk pemasaran yang lebih luas. (Baca: Hanya Rp 12.000, Anda Bisa Nikmati Olahan Jahe Khas Kerinci Kanan)
“Sebenarnya banyak, yang bisa diolah dari jahe ini selain wedang jahe, contohnya kita juga ada ting-ting jahe, cuman sekarang, kita masih susah menjualnya kemana, paling masih bisa disekitaran saja,”sebut camat kepada bertuahpos, Senin (17/10/2016).
Kurangnya modal untuk pembibitan jahe, membuat warga sekitar hanya dapat memproduksi sesekali pada pembuatan wedang jahe. Jika ingin membuat serbuk wedang jahe dan juga tingting jahe, terkadang mereka membeli jahe dipasaran, sedangkan harga dipasaran tercatat mahal.
“Biasa dapet orderan ini tidak ada bibit mereka beli dipasaran, harga tentu lebih mahal daripada bibit sendiri, “ungkapnya.
Selain itu, banyaknya peminat olahan Kampung Seminai itu hanya terjadi hari atau moment tertentu saja. Seperti hari Raya untuk oleh-oleh keluarga pada saat akan pulang kampung.
“Pemesanan ya ramai-ramainya saat moment-moment lebaran atau untuk oleh-oleh pulang kampung. Kadang ada juga yang mesan dari kecamatan lain, seperti Perawang atau Lubuk Dalam, ya seputar kabupaten saja,” sebutnya.
Padahal, kata Zainal, jika masyarakat memiliki modal, mereka bisa memiliki potensi penambahan mencapai Rp 57 jutaan. Â Tapi karena kurangnya modal, masyarakat disana memproduksi hasil olahan jahe hanya sekali-sekali.
“Kita sebenarnya pengen jual keluar kabupaten dan dititipkan ke minimarket. Tapi meraka mau lebel halal, sedangkan untuk ngurus itu sulit,” tutupnya.
Penulis : Ely